Minggu, 03 November 2019

MASJID KU OH MASJID KU

MASJIDKU OH MASJID KU
Kulihat jam menunjukkan pukul 19.15 sudah masuk waktu isya, sementara aku masih di jalan pulang kerja dari Bogor ke Pamulang, kebiasaan ku, sebelum sampai rumah, biasanya mampir untuk sholat isya, karena jika sholat isyanya di rumah, selain juga udah terlalu malam, biasanya ada rasa males karena capenya perjalanan, dan di undur undur sholatnya. Makanya diusahakan sebelum sampai rumah aku sholat isya dengan mencari masjid yang di temui di jalan.

Kebetulan jalan agak tersendat, waktu isya sudah masuk, sementara aku belum mendapatkan masjid. Waktu sudah menunjukkan hampir jam 8 malam. Tentunya sholat jamaah isya sudah selesai.

Alhamdulillah aku menemukan masjid di Pinggir jalan, masjidnya besar, megah, dua tingkat, dengan sigap aku belokkan mobil ku ke dalam gerbang masjid, aku buru buru parker mobil, dengan harapan masih keburu ikutan sholat jamaah, walaupun masbuq (telat jamaah).

Segera ku berwudlu, tentunya aku juga ingin ke toilet, buang air kecil , dari tempat wudlu ku melihat orang orang sudah keluar dari masjid. Wah pasti sudah telat sholat jamaahnya, kataku dalam hati.

Ketika selesai berwudlu, aku segera naik ke lantai dua masjid ini, karena sholat ternyata sholatnya di lantai dua, segera ku berlari kecil menaiki tangga masjid, dengan harapan masih ada orang di dalam masjid.

Masya Alloh…apa di nyana, ternyata masjid sudah terkunci, lampu sudah di matikan, dalam hati ku hanya beristighfar, astaghfirullah, sudah lah aku sholat di empereran masjid saja. Walau sebenarnya hati masih menggerutu, kenapa masjidnya sudah di kunci, padahal waktu baru menunjukkan pukul 8 malam.

Hati ini teras kesel, miris, agak marah, pokoknya ngga karuan. Seperti aku tidak sekali dua kali menemukan hal seperti ini. Sudah beberapa kali, tiap kali mau sholat, masjidnya sudah keburu di kunci.

Sepertinya para kiayi, para ustazd, sudah sering mengingatkan tentang kasus ini, bahwa masjid hanya megah tapi sering terkunci, sehingga para musafir, yang mau sholat aja susah, boro boro jika kita di bolehkan istirahat atau sekedar buang air kecil, kadang gerbangnya saja di kunci. Miris memang melihatnya, masjidnya mewah megah, bertingkat, tapi untuk sholat didalamnya saja sulit, padahal pada waktu proses pembangunannya tidak sedikit yang “meminta minta” di jalan, sampai membuat jalan macet, dan membuat image Islam kurang bagus,- artinya minta bantuan kepada musafir yang lewat, tetapi begitu sudah jadi, para musafir sulit untuk bisa sholat didalamnya. Walau tidak semua masjid seperti itu, ada juga masjid yang welcome kepada semua jamaah.

Ada hal hal yang jadi  catatan kenapa masjid menjadi seperti itu :
1.       Karena alasan keamanan dari pencuri. Karena alasan inilah banyak masjid yang dikunci rapat. Biasanya pencuri mengambil kotak amal, baik mengambil semuanya atau merusak kotak amalnya untuk diambil uangnya. Hal ini kan bisa di solusikan bukan dengan di kunci masjidnya, tapi di “amankan” kotak amalnya. Kan biasanya di masjid ada pengurusnya, minimal ada marbotnya, yang bisa merapihkan dan mengamankan kotak amalnya. Bagaimana jika kotak amalnya besar, ngga bisa dipindah. Inilah ironinya masjid, uang infaq jamaah di kumpulkan agak lama didalam kotak amal, menunggu kotak amal penuh, bisa jadi sampai berbulan bulan, baru di ambil, padahal itu amanah oarng untuk bisa di manfaatkan segera, tidak menunggu waktu lama. Bisa jadi karena tidak di manfaatkan untuk kebaikan akhirnya akan “dimanfaatkan” oleh “pihak lain”, yang sebenarnya tidak ada kaitannya dengan masjid. Atau kadang pihak masjid akan merasa berbangga mengumumkan saldo uang masjid yang begitu besarnya. Kesannya pengurus masjid berhasil, karena mengumpulkan uang infaq yang besar, di umumkan ketika akan sholat jumat, bisa jadi ketika di umumkan ada diantara jamaah yang tidak punya uang, walau hanya sekedar untuk makan hari itu. Sehingga menimbulkan “kecemburuan” social, sehingga terjadilah pencurian. (walau alasan apapun, mencuri itu itu tetap salah dan haram memakan uang curian).

Ingat… bahwa masjid ini Baitullah-Rumah Alloh SWT- serahkan sepenuh kepada Alloh SWT. Karena ini rumahNYA, maka pasti Alloh yang akan menjaganya. Walau tetap usaha usaha manusia  dilaksanakan.
2.       Karena alasan kenyamanan. Hal ini juga menjadi alasan kenapa masjid sering di kunci, karena nanti masjid akan kotor, berantakan, tidak nyaman dan sebagainya.
Di masjid tertulis “di larang tidur”, “di larang Mandi”, “di larang buang air besar/kecil”, “anak anak di larang berisik” dan larangan larang lain yang semacamnya. Masjid menjadi tempat terlarang, karena semuanya serba terlarang. Ironis memang, masjid jadi seperti menara gading, yang sulit di masuki, karena kebanyakan aturan larangan, boro boro masjid menjadi tempat yang nyaman, tempat yang menyenangkan, tempat yang mengasyikkan. Anak anak kita jadi tidak mau ke masjid, karena selalu di “omelin terus sama pengurus DKM atau jamaah yang tua tua itu sendiri, karena alasan berisik, sehingga ibadahnya tidak khusyuk, aah ini hanya alasan saja, emangnya  jika tidak ada anak anak ibadahnya jadi khusyuk?!, tidak juga. Anak anak di jadikan “kambing hitam” karena sholat tidak khusyuk. Akibatnya, anak anak kita jadi tidak mau masuk masjid, akhirnya mereka lebih senang di tempat tempat yang membuat mereka nyaman dan mengasyikkan, seperti di jalan jalan, di tempat Game (PS) dll. Pengurus merasa bangga, jika masjidnya sepi, “nyaman” tidak berisik anak anak. Padahal di akhirat akan di pertanggungjawabkan di hadapan Alloh SWT, kenapa anak anak jadi jauh dari Alloh SWT.

3.       Masjid butuh uang untuk operasional. Hal ini juga yang membuat masjid berkesan, semua serba uang, walau di cover dengan kata infaq, shodaqoh, dan jariyah. Jika kita (sebagai musafir, ) mampir ke masjid, untuk sholat, baik pakai mobil atau pun motor, begitu masuk (terkadang) langsung di suguhi karcis parker, tulisannya “Infaq parkir” , begitu masuk WC, toilet, di pintu toilet, di “Jaga” kotak infaq toilet, begitu masuk masjid, di pintu masjid ada kotak amal, begitu selesai sholat (jika berjamaah) selesai sholat, “berjalan” kotak amal juga. Selesai sholat, kita mo ambil sepatu/sandal “dimintai” uang penitipan sepatu, begitu ambil sepatu, menuju parkiran, selain kita bayar “infaq” parkir, ketika ke jalan Raya, di mintai juga uang parkir keluar. masyaAlloh, walaupun semuanya berbahasa infaq, tapi pada kenyataannya inpak; iuran Paksa, karena setiap “pos” pasti di jagain, sehingga mau tidak mau kita ngasih juga.

Berikut Rinciannya
1.       Infaq toilet                  : Rp. 2000,-
2.       Infaq Masjid               : Rp. 5000,-
3.       Infaq penitipan         : Rp. 2000,-
4.       Infaq Parkir                 : Rp. 2000,- - Rp. 3000
5.       Parkir jalan                  : Rp. 2000,-
Jumlah                          : Rp. 13.000,-

Subhanallah semoga itu menjadi amal infaq shodaqoh kita. Mungkin bagi yang sedang berkeluangan rizki, tidak masalah, tapi bagi yang sedang tidak punya uang, masuk masjid kadang mikir mikir, karena harus mengeluarkan biaya infaq sejumlah sekian. Mungkin tulisan ini akan di nyinyir karena dianggap tidak mau infaq ke masjid, tapi jujur saja, bisa jadi sebagian orang, akan berpikir sama dengan tulisan ini. Akhirnya tidak sedikit orang yang sedang musafir, berpikir ah nti saja sholatnya di rumah. Seharusnya pengurus masjid, ber kreativ bagaimana mencari “dana operasional” dengan cara yang elegant.

Ah, ini hanya sebagian keluhan kami, sebagai jamaah masjid yang sering dijalan, walau tidak semua masjid seperti yang tertulis di atas, banyak juga masjid masjid yang sudah membuat jamaahnya merasa nyaman berada di dalamnya, ini hanya sekedar masukan untuk kita semua. Agar kita tetap menjaga masjid masjid kita yang kita cintai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

OPTIMISME HAJI UMRAH DI TENGAH BADAI COVID 19

OPTIMISME HAJI UMRAH DI TENGAH BADAI COVID 19 PANDEMI   Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) telah memengaruhi seluruh tatanan kehidupa...