MASJIDKU OH MASJID KU
Kulihat jam menunjukkan pukul 19.15 sudah masuk
waktu isya, sementara aku masih di jalan pulang kerja dari Bogor ke Pamulang,
kebiasaan ku, sebelum sampai rumah, biasanya mampir untuk sholat isya, karena
jika sholat isyanya di rumah, selain juga udah terlalu malam, biasanya ada rasa
males karena capenya perjalanan, dan di undur undur sholatnya. Makanya diusahakan
sebelum sampai rumah aku sholat isya dengan mencari masjid yang di temui di
jalan.
Kebetulan jalan agak tersendat, waktu isya sudah masuk, sementara aku belum mendapatkan masjid. Waktu sudah menunjukkan hampir jam 8 malam. Tentunya sholat jamaah isya sudah selesai.
Alhamdulillah aku menemukan masjid di Pinggir jalan, masjidnya besar, megah, dua tingkat, dengan sigap aku belokkan mobil ku ke dalam gerbang masjid, aku buru buru parker mobil, dengan harapan masih keburu ikutan sholat jamaah, walaupun masbuq (telat jamaah).
Segera ku berwudlu, tentunya aku juga ingin ke toilet, buang air kecil , dari tempat wudlu ku melihat orang orang sudah keluar dari masjid. Wah pasti sudah telat sholat jamaahnya, kataku dalam hati.
Ketika selesai berwudlu, aku segera naik ke lantai dua masjid ini, karena sholat ternyata sholatnya di lantai dua, segera ku berlari kecil menaiki tangga masjid, dengan harapan masih ada orang di dalam masjid.
Masya Alloh…apa di nyana, ternyata masjid sudah terkunci, lampu sudah di matikan, dalam hati ku hanya beristighfar, astaghfirullah, sudah lah aku sholat di empereran masjid saja. Walau sebenarnya hati masih menggerutu, kenapa masjidnya sudah di kunci, padahal waktu baru menunjukkan pukul 8 malam.
Hati ini teras kesel, miris, agak marah, pokoknya ngga karuan. Seperti aku tidak sekali dua kali menemukan hal seperti ini. Sudah beberapa kali, tiap kali mau sholat, masjidnya sudah keburu di kunci.
Sepertinya para kiayi, para ustazd, sudah sering mengingatkan tentang kasus ini, bahwa masjid hanya megah tapi sering terkunci, sehingga para musafir, yang mau sholat aja susah, boro boro jika kita di bolehkan istirahat atau sekedar buang air kecil, kadang gerbangnya saja di kunci. Miris memang melihatnya, masjidnya mewah megah, bertingkat, tapi untuk sholat didalamnya saja sulit, padahal pada waktu proses pembangunannya tidak sedikit yang “meminta minta” di jalan, sampai membuat jalan macet, dan membuat image Islam kurang bagus,- artinya minta bantuan kepada musafir yang lewat, tetapi begitu sudah jadi, para musafir sulit untuk bisa sholat didalamnya. Walau tidak semua masjid seperti itu, ada juga masjid yang welcome kepada semua jamaah.
Ada hal hal yang jadi catatan kenapa masjid menjadi seperti itu :
1.
Karena alasan keamanan dari pencuri. Karena
alasan inilah banyak masjid yang dikunci rapat. Biasanya pencuri mengambil
kotak amal, baik mengambil semuanya atau merusak kotak amalnya untuk diambil
uangnya. Hal ini kan bisa di solusikan bukan dengan di kunci masjidnya, tapi di
“amankan” kotak amalnya. Kan biasanya di masjid ada pengurusnya, minimal ada
marbotnya, yang bisa merapihkan dan mengamankan kotak amalnya. Bagaimana jika
kotak amalnya besar, ngga bisa dipindah. Inilah ironinya masjid, uang infaq
jamaah di kumpulkan agak lama didalam kotak amal, menunggu kotak amal penuh,
bisa jadi sampai berbulan bulan, baru di ambil, padahal itu amanah oarng untuk
bisa di manfaatkan segera, tidak menunggu waktu lama. Bisa jadi karena tidak di
manfaatkan untuk kebaikan akhirnya akan “dimanfaatkan” oleh “pihak lain”, yang
sebenarnya tidak ada kaitannya dengan masjid. Atau kadang pihak masjid akan
merasa berbangga mengumumkan saldo uang masjid yang begitu besarnya. Kesannya
pengurus masjid berhasil, karena mengumpulkan uang infaq yang besar, di umumkan
ketika akan sholat jumat, bisa jadi ketika di umumkan ada diantara jamaah yang
tidak punya uang, walau hanya sekedar untuk makan hari itu. Sehingga
menimbulkan “kecemburuan” social, sehingga terjadilah pencurian. (walau alasan
apapun, mencuri itu itu tetap salah dan haram memakan uang curian).
Ingat… bahwa masjid ini Baitullah-Rumah Alloh SWT- serahkan sepenuh kepada Alloh SWT. Karena ini rumahNYA, maka pasti Alloh yang akan menjaganya. Walau tetap usaha usaha manusia dilaksanakan.
2.
Karena alasan kenyamanan. Hal ini juga menjadi
alasan kenapa masjid sering di kunci, karena nanti masjid akan kotor,
berantakan, tidak nyaman dan sebagainya.
Di masjid tertulis “di larang tidur”,
“di larang Mandi”, “di larang buang air besar/kecil”, “anak anak di larang
berisik” dan larangan larang lain yang semacamnya. Masjid menjadi tempat
terlarang, karena semuanya serba terlarang. Ironis memang, masjid jadi seperti
menara gading, yang sulit di masuki, karena kebanyakan aturan larangan, boro
boro masjid menjadi tempat yang nyaman, tempat yang menyenangkan, tempat yang
mengasyikkan. Anak anak kita jadi tidak mau ke masjid, karena selalu di “omelin
terus sama pengurus DKM atau jamaah yang tua tua itu sendiri, karena alasan berisik,
sehingga ibadahnya tidak khusyuk, aah ini hanya alasan saja, emangnya jika tidak ada anak anak ibadahnya jadi
khusyuk?!, tidak juga. Anak anak di jadikan “kambing hitam” karena sholat tidak
khusyuk. Akibatnya, anak anak kita jadi tidak mau masuk masjid, akhirnya mereka
lebih senang di tempat tempat yang membuat mereka nyaman dan mengasyikkan,
seperti di jalan jalan, di tempat Game (PS) dll. Pengurus merasa bangga, jika
masjidnya sepi, “nyaman” tidak berisik anak anak. Padahal di akhirat akan di
pertanggungjawabkan di hadapan Alloh SWT, kenapa anak anak jadi jauh dari Alloh
SWT.
3.
Masjid butuh uang untuk operasional. Hal ini
juga yang membuat masjid berkesan, semua serba uang, walau di cover dengan kata
infaq, shodaqoh, dan jariyah. Jika kita (sebagai musafir, ) mampir ke masjid,
untuk sholat, baik pakai mobil atau pun motor, begitu masuk (terkadang)
langsung di suguhi karcis parker, tulisannya “Infaq parkir” , begitu masuk WC,
toilet, di pintu toilet, di “Jaga” kotak infaq toilet, begitu masuk masjid, di
pintu masjid ada kotak amal, begitu selesai sholat (jika berjamaah) selesai
sholat, “berjalan” kotak amal juga. Selesai sholat, kita mo ambil sepatu/sandal
“dimintai” uang penitipan sepatu, begitu ambil sepatu, menuju parkiran, selain
kita bayar “infaq” parkir, ketika ke jalan Raya, di mintai juga uang parkir
keluar. masyaAlloh, walaupun semuanya berbahasa infaq, tapi pada kenyataannya
inpak; iuran Paksa, karena setiap “pos” pasti di jagain, sehingga mau tidak mau
kita ngasih juga.
Berikut Rinciannya
1. Infaq toilet :
Rp. 2000,-
2. Infaq Masjid : Rp. 5000,-
3. Infaq penitipan : Rp. 2000,-
4. Infaq Parkir : Rp. 2000,- - Rp. 3000
5. Parkir jalan : Rp. 2000,-
Jumlah
: Rp. 13.000,-
Subhanallah
semoga itu menjadi amal infaq shodaqoh kita. Mungkin bagi yang sedang
berkeluangan rizki, tidak masalah, tapi bagi yang sedang tidak punya uang,
masuk masjid kadang mikir mikir, karena harus mengeluarkan biaya infaq sejumlah
sekian. Mungkin tulisan ini akan di nyinyir karena dianggap tidak mau infaq ke
masjid, tapi jujur saja, bisa jadi sebagian orang, akan berpikir sama dengan
tulisan ini. Akhirnya tidak sedikit orang yang sedang musafir, berpikir ah nti
saja sholatnya di rumah. Seharusnya pengurus masjid, ber kreativ bagaimana
mencari “dana operasional” dengan cara yang elegant.
Ah, ini hanya sebagian keluhan kami, sebagai jamaah masjid yang sering dijalan, walau tidak semua masjid seperti yang tertulis di atas, banyak juga masjid masjid yang sudah membuat jamaahnya merasa nyaman berada di dalamnya, ini hanya sekedar masukan untuk kita semua. Agar kita tetap menjaga masjid masjid kita yang kita cintai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar