Kamis, 18 Juni 2020

OPTIMISME HAJI UMRAH DI TENGAH BADAI COVID 19

OPTIMISME HAJI UMRAH DI TENGAH BADAI COVID 19

PANDEMI Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) telah memengaruhi seluruh tatanan kehidupan manusia, mulai dari bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi, sosial, sampai pada persoalan agama. Untuk menekan penyebaran Covid-19 yang begitu cepat, kebijakan untuk menjaga jarak fisik satu sama lain (physical distancing) telah dikeluarkan oleh WHO.
Pemerintah RI sejak 1 April 2020 telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Desease 2019 (Covid-19) yang mengacu pada Undangundang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan. Dan saat ini telah bersiap diri untuk menyonsong era New Normal dengan tata aturan kehidupan yang baru pula.

Hal ini tentu berdampak pada pelaksanaan ibadah umrah dan haji yang secara rutin di laksanakan sebagian besar muslim di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Setelah mengalami penantian dan masa ketidakpastian yang cukup panjang, maka pada Selasa (2 Juni 2020) pagi Pemerintah RI melalui Kementerian Agama RI telah menetapkan keputusan mengenai pelaksanaan haji 2020 (1441 H).


Seberat apa pun, menghadapi pandemi Korona saat ini, kita perlu tetap menjaga optimisme kita. "Optimism is the faith that leads to achievement. Nothing can be done without hope and confidence, begitu pernah dikatakan Helen Keller. Kita mesti melihat pandemi Korona ini sebagai tantangan yang mesti diupayakan solusinya. Bukan justru melihat pandemi ini melulu sebagai masalah dan lalu membuat kita buru-buru angkat tangan, melempar handuk, mengibar-ngibarkan bendera putih, menyerah kalah.

Mari kita jadikan musibah ini sebagai tantangan, terlebih lagi kita yang bergerak didalam aktifitas Ibadah.

Mari kita lihat Al Quran

قَالَ رَبِّ ٱشْرَحْ لِى صَدْرِى 

وَيَسِّرْ لِىٓ أَمْرِى

وَٱحْلُلْ عُقْدَةً مِّن لِّسَانِى

يَفْقَهُوا۟ قَوْلِى
واجعل وزيرا من أهلي


"Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku; dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku (QS Thaha 25-29)

Ayat tersebut merupakan salah satu doa Nabi Musa AS. Ketika diperintah oleh untuk menghadap Fir`aun, lalu Nabi Musa AS berdoa, dengan doa diatas tadi.

Paling tidak ayat diatas juga mengajarkan kepada kita tentang bagaimana menjadikan suatu kejadian (musibah) menjadi sebuah tantangan dan menjadikan juga peluang.

1. Lapang dada  (isyroh fii shadri)
 Bahwa semua kejadian dunia ini pasti sudah Alloh SWT taqdirkan, dan sudah Alloh tuliskan di Lauhil mahfuzd ,

Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah QS : Al Hadiid:22)


Yakinlah bahwa ini merupakan salah satu skenario Alloh SWT, dan pasti ada kebaikan di dalamnya. Banyak hikmah yang sudah kita dapat baik, yang terasa sekarang maupun yang belum kita rasakan. Kita hanya perlu berlapang dada atas semua hal yang Alloh SWT berikan kepada kita insyaAlloh bernilai ibadah.

2. Ada banyak Kemudahan (taysiir al umuur)
Bersama kesululitan  pasti ada kemudahan (QS AL Insyah : 6)
Bahkan Alloh SWT sampai mengulang 2 kali ayat hamoir sama di surat Al Insyrah. Dan subhanallah, ternyata banyak orang orang yang tumbuh kreatif karena musibah ini, banyak orang yang survive karena musibah ini, dan begitulah karakter manusia, jika ditekansesuatu, maka kita akan lebih tumbuh berkembang, begitu juga bisnisumrah ini, walaupun yang pertama kali berdampak atas musibah ini adalah  para travel Haji umrah, dan yakin para travel sudah pasti sudah pasti bisa menjalaninya (lih. Tulisan Bloq saya Catatan Kecil Tentang Travel Umrahhttp://rinaldisafiq.blogspot.com/2020/01/catatan-kecil-tentang-travel-umrah.html)


3. Bersikap tenang
Bersikiap tenang merupakan setengah dari solusi, bersikap tenang bukan berarti pasif, bersikap tenang tidak mesti terlambat mikir. Justru bersikap tenang merupakan indikator kedewasaan , bersikap tenang adalah responsive dalam mengahadapi sesuatu, bukan reaktif. Dari ketenangan itulah maka akan timbul kata katanya yang menyeejukkan yang membuat orang lain juga akan tenang. Ini lah juga yang saat ini dio butuhkan dalam mengahadapi musibah pandemi ini. Sikap reaktif malah menambah musibah bertambah menjadi berat. Bisa kita katakan bersikap tenang itu adalah arfi bijkasana dalam bersikap.
Dalam hal ini, ketika Haji batal berangkat, umrah juga belum ada kepastian, maka di perlukan sikap tenang/bijak, dan tidak juga membuat yang lain tidak tenang. Yakinlah bahwa ibadah Haji dan umrah ini, tetap pasti akan terlaksana hingga yaumil qiyamah.

4. Kerja sama (waj `al lii waziiran min ahlii)
Bahwa ketika menghadapi ini, kita tidak bisa sendirian, perlu kerja sama dengan semua elemen. Bahwa musiba ini adalah Pandemik, maka hampir seluruh dunia mengalami, maka seluruh manusia di dunia ini perlu kerja sama yang lebih besar lagi. Minimal kita berkerja sama dengan keluarga kita, waj `al  lii waziiran min ahli . kita harus bahu membahu dalam mengahadapi musibah ini. Dalam hal ini, Haji umrah pun, menjadi kerja bersama kita, tidak hanya pihak travel tapi juga seluruh jamaah dan para mitra yang berada di dalammnya.

Paling tidak empat hal itulahj yang harus kita lakukan dalam menghadapi musibah ini.  Yang paling utama adalah bahwa, karena ini adalah milik Alloh SWT, maka yakinlah pasti alloh lah yang akan menyelesaikan semua ini dan pasti ada hikma di balik ini semua.

Wa Allahu `alam bishawwab

Selasa, 16 Juni 2020

Dateng Kepagian ke Sekolah

DATENG KEPAGIAN KE SEKOLAH

Udah jadi kebiasaan gue, dateng pagi pagi kesekolah, bahkan saking paginya gue udah datang sebelum Office Boy (OB) dateng, yaa kadang walau pun gue (katanya) jadi kepsek, kadang gue nyapu halaman sekolah dulu, sambil nungguin siswa di depan gerbang,kali aja ada yang dateng duluan, terus di bantuin deh nyapu nyapu nya, hehe.

Pernah ketika sambil nunggu gue nyampu halaman, tiba tiba dateng, siswa sama ortunya pake mobil, turun didepan gerbang mobil, gue ngga sempet nyambut, karena kebetulan lagi nyapu pojokkan halaman, dan membelakangi gerbang, jadi ngga lihat kalo siswa itu hadir, dan tiba tiba ortunya bilang ke gue, “Mas nitip anak saya yaa, saya mau buru buru berangkat kerja, keliatannya guru nya belum pada dateng yaa,” gue yang waktu itu masih pegang sapu, dengan senyum dikit di paksakan, bilang: “ iya bu, silahkan, anak ibu saya jagain”,  dalem hati, si ibu ini ngga kenal gue apa?, lha..kan gue kepala sekolahnya, owalaah,..... bisa jadi dia anggap gue OB kali, karena kan gue masih megang sapu.

Belakangan si ortu itu baru ngeh, kalo gue itu kepsek disitu, pas ada acara sosialisasi program kelas. Selesai acara, si ibu itu menghampiri, “ini kan yang  kemaren nyapu dihalaman sekolahkan?” hehe dengan senyum ada dipaksan gue mengangguk, “ooh maaf yaa, maaf” kata si ibu, sambil salah tingkah, saya kira OB, abisan bapak ngga bilang sih” katanya berseloroh, gue Cuma senyam senyum aja, sambil bilang pelan, ngga apa apa Bu, tenang aja.

Pernah suatu ketika, gue datang pagi pagi , belum ada OB, siswa bahkan guru. Tapi kali ini gua ngga nyapu, ntar di sangka OB lagi hehehe. Akhirnya gua berdiri di depan gerbang, sambil perhatiin sekitar sekolah, kali aja ada uang yang berserakan, abis anak anak jajan, karena pada larian, ahirnya uang nya pada jatoh, cepean sama gocapan, hallaaah, mengkhayal tingkat rendah. Kebetulan gerbang SD sama gerbang TK bedekatan, ternyata sudah ada siswi TK yang hadir, sendirian padahal belum ada siswa lain bahkan gurunya, ini anak ditinggal sendirian, dan mungkin yang mengantar, apakah pembantunya atau mungkin orang tua nya udah balik lagi…, tapi anehnya itu anak duduk nongkrong aja…didepan kelas, sambil mukanya meringis, entah apa yang dirasa, apa seneng apa sakit?, gue perhatiin dari jauh. Lama lama mukanya agak memerah, “waah…ada yang ngga beres nih” kata gue dalam hati. Intuisi gue, eh insting gue sebagai guru yang ramah dan bijaksana hehehe keluar, akhirnya gue deketin, walaupun itu bukan siswa SD,   gue deketin,…begitu menjelang 4 langkah mendekat, sudah mulai terasa aroma aroma aneh…hemmm sambil mengendus, bak detektif mencari sidik jari, gue merasakan baunya makin menyengat, waah ada yang ngga beres nih sekolah, begitu sergah gue, mana OB nya nih, dengan tolak pinggang sambil kepala celingukan lihat kiri kanan, kali aja nemu OB.

Waduh… ini aroma nya makin menyengat, kaya bau kotoran manusia, pas didepan si anak ini nongkrong, lalu gue juga ikut nongkrong, dan si anak inipun tak bergeming, malah mukanya nambah meringis….eeh ngga lama nangis, weits…gue jadi salting, sambil menutup hidung karena baunya makin menyengat..owalaaah…. ternyata si anak ini sedang BAB (buang air besar) di celana, hadeuuh keinginan pengen dapet buangan uang, eeh malah dapet buangan kotoran.

Gue bingung bin panik bin jijik bin titan dah. Harus di apain ini anak, dai udah BAB di celana, celananya udah basah, kotorannya udah meleber kemana mana, hadeuuh,  gue langsung berdiri liat kiri kanan, sekarang di tambah depan belakang, kali aja ada OB atau guru yang sudah datang, sambil menghibur anak ini untuk mendiam kan “cup cup cup…jangan nangis yaa”, gue berusaha mendiamkan, apa perlu gue joget depan nih anak, hehehe tengsin doong

Setelah beberapa menit, ternyata ngga ada yang hadir juga, aduuh ini anak kasihan juga, akhirnya gue inisiatif untuk bawa anak ini ke Toilet, yaaah dengan ikhlas dah… gue cebokin ini anak,-padahal gue juga belum pernah cebokin anak sendiri- dengan rasa jijik tingkat tinggi, gue bersihin kotoran ini anak. Udah hilang dah…aromanya, celana gue lempar ke pojokan kamar mandi, biar ntar OB aja yang bersihin, kata gue dalam hati. Selesai ngebersihin, lega dah….owalah….bingung lagi…nih anak pake celana apa? Kan celananya basah. Selagi gue mikir kaya ilmuwan yang lagi nyari lampu bayangan…Tiba tiba dateng gurunya,  Alhamdulillah- kaya abis kejatuhan duit segepok, seneng banget, langsung aja, anak ini gue serahkan ke gurunya, langsung gue kabur, kembali ke job gue. Menyambut siswa SD. Dengan penuh senyum. Walau lengan baju gue agak basah, ngga apa apa dah..asal ngga bau ee aja, hehehe

CITA CITA MENJADI GURU

CITA CITA MENJADI GURU
Semenjak TK sampai kelas enam SD, gue (maaf pake kata gue, karena waktu itu, belum terbiasa pakai aku/saya, maklum betawi sono nya masih kentara,hehehe) hanya mengenal tiga cita cita :pilot, insinyur dan dokter. Dan anehnya sepertinya tiga profesi ini yang dijejalkan oleh guru guru ke semua anak anak SD seantero negeri.

Gue pernah nanya ke seorang siswa, (waktu iseng di waktu luang ngajar,) sebutlah namanya Randi, dengan nada penuh empati, gua nanya ke Randi, yang mungkin dia anak yang “agak slengeyan” diantara anak yang lain,  “Randi kalo sudah besar cita citanya apa? em…jadi dokter” kata dia ragu.

Gue bukan underestimate profesi dokter, tapi di negeri ini, untuk menjadi dokter itu mahal. Apa yang ada di pikiran si Randi itu tentang profesi dokter? Gue curiga anak itu ngga bener bener sadar apa yang dia katakan. Satu hal yang mungkin anak itu ngga tahu; Negara kita lebih butuh banyak guru yang bisa jelasin bahwa cita cita itu bukan hanya dokter.

Sering juga gue bikin survey kecil kecilan, ketika ngisi training motivasi buat anak SMP dan SMA, bikin angket, tentang cita cita. Ternyata jawaban paling banyak yang pertama yaa dokter itu, kemudian pilot, kalaupun ada yang mau jadi guru, palingan hanya beberapa orang, ironis, jika di Tanya “kenapa tidak mau jadi guru ?” “jawaban mereka kalo jadi guru madesu”, gue bingung apa itu madesu? “masa depan suram”. Owalaah…..bisa aja mereka.
Gini gini juga gue udah jadi kepala sekolah selama 16 tahun, udah 5 sekolah gue kepalain. Menurut gue (yang juga sebagai pelaku pendidikan), instansi yang namanya sekolah mengalami degradasi. 

Bukan hanya mengenai kwalitas guru- karena tidak sedikit guru, yang jika di Tanya kenapa jadi guru?, -padahal banyak diantara mereka bukan dari bagian keguruan-, jawabannya “ yaaah dari pada nganggur, yaa jadi guru dah”,- percontekkan masal, tawuran  dan kurikulum yang gonta ganti, tapi masih banyak juga yang lain.
Tentu masih ingat, waktu media ramai memberitakan banyaknya remaja sekolah yang melakukan free sex bahkan sampai membuat video, ada sekolah yang mengadakan tes keperawanan, hmmm sungguh ironis

Ngga menutup kemungkinan, suatu hari ada razia bencong di sekolah. Kepala sekolah berdiri di podium waktu upacara dan ngomong, “karena telah merebaknya bencongisasi yang menyebabkan hancurnya moral bangsa ini, maka hari ini akan diadakan razia bencong. Bagi yang merasa bencong maju kedepan!" Klo gue jadi bencong, yang ad ague angkat celana tinggi tinggi dan kabur lompat pagar.

Nilai minimal kelulusan juga sekarang makin tinggi sehingga makin banyak orang tua yang masukin anak anak nya ke bimbel. Waktu zaman gue sekolah, bimbel itu bisa di bilang ngga ada, atau jarang sekali. Tapi sekarang bimbel itu udah kaya anak alay Dahsyat, rame banget. Karena saking bersaingnya bahkan ada bimbel yang menggaransi siswanya lulus seratus persen atau lulus PTN, klo ngga uang kembali. Luar biasa, makanya biayanya sangat mahal, sekolahnya bayaran SPP nya murah, eeh bimbel bisa jutaan lebih, kenapa ngga ada sekolah yang bisa menjamin seperti itu ya?.

Untuk itu karena gue peduli, maka waktu masih kuliah juga gue pernah nyambi ngajar di Madrasah Diniyyah, ( waktu itu madrasah masih di lihat sebelah mata, oleh sebagian orang), Menjadi guru yang bagus di tengah keterbatasan madrasah yang masih minim saat itu. Sekarang mah madrasah sudah banyak perkembangan, Alhamdulillah.

Karena masih berstatus mahasiswa, gue ngajar pake sepeda, belom punya motor. Pernah waktu gue ngajar di kelas Bahasa Arab di kelas 2, tiba tiba sebuah bola sepak melayang tepat di muka gue, mending kalo bolanya bola karet, ini mah bola yang dibikin dari gulungan kertas Koran, dan sebegai pemberat di dalemnya pake batu, kebayang ngga?.

PLAK!

Gile!...Sumpah sakit banget! Kena kuping gue, sampai merah. Gue beranjak dari kursi. “siapa yang nendang”?! Seluruh kelas hening........

Memang sebelumnya gue udah peringatkan supaya jangan main bola di dalem kelas, tapi yaah mau bagaimana lagi, lapangannya ngga ada, palingan main di kebon orang, terus tanaman orangnya rusak, di kejar kejar itu bocah, sama yang punya kebon, karena tanamannya di rusak, ngejarnya sambil bawa galah.

“SIAPA YANG NENDANG !?”, gue nanya makin tegas, gue panggil anak anak yang maen bola semuanya, setelah berkumpul gue suruh baris, terus gue suruh angkat kaki sebelah, dan tangan sebelah pegang kuping temennya, (hehehe gentian, dalam hati…kuping gue ampe panas kena bola, sekarang mereka saling pegang kuping temennya) hehehe jahat ya gue.

Oke itu becanda, kenyataannya adalah mereka tunjuk tangan semua, gue Cuma bisa ngelus dada dan bilang dalam hati, “ AllahuAkbar, berilah hamba MU kesabaran!

Gue ngajar disitu ngga sampe setahun, tapi banyak pelajaran berharga, yang gue dapet di Madrasah. Kesederhanaan, keikhlasan, keluguan anak anak dan perjuangan guru guru dalam “bertahan hidup” dengan gaji seadanya.

Tapi menjelang lulus-waktu itu masih mengerjakan skirpsi-, kebetulan gue mau bikin penelitian buat skripsi, dan ternyata penelitiannya ke sebuah Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) di Pamulang, dan kebetulan gue juga alumni situ. Gini gini gue alumni madrasah, hehehe. katanya sih gue siswa teladan, walau pun ngga pernah dapet piagam perhargaan siswa teladan, kalo siswa telatan mungkin aja. Hehehe. Dulu waktu di MTsN gue jago Bahasa Arab, (ayam kali.. Jago), sering ikut lomba, pidato, dan menang terus.
Eh kembali ke Penilitian gue di MTsN, lalu singkat cerita gue bikin penelitian ke kelas, apa yang gue teliti?, wah gue lupa, kebetulan penelitian gue pake bahasa Arab, jadi kemungkinan siswanya pada ngga paham, hehehe. Semakin tidak di pahami, semakin bagus, kan begitu yak. Eh ngga maaf becanda.

Selesai penelitian , gue di tawari jadi guru pengganti, ngajar Bahasa Arab, karena kebetulan guru Bahasa Arabnya lagi cuti hamil. Ups... salah deng, bukan hamil, karena gurunya Seorang bapak, hehehe, maksudnya cuti sakit, (maaf Pak Aman Hasyim, beliau termasuk guru pavorit gue). Akhirnya gue jadi ngajar Bahasa Arab kelas 7. Disinilah gue berasa jadi guru beneran, walapun belum resmi bener, karena belum lulus kuliah. Tapi ada cerita menarik ketika ngajar di MTsN. 

Ini sekolah terletak di dataran rendah, semacam cekungan tanah, dan disebelahnya ada tempat penampungan sampah, yang sampahnya sudah menggunung, sudah melebihi ketinggian sekolah. Kebayang kan?, sekolah di samping tempat sampah. Nah.. masalahnya adalah,  jika hujan deras, hampir di pastikan, sekolah banjir, bahkan airnya masuk kedalam kelas, setinggi lutut orang dewasa. Dan yang hebohnya tuh, kalo banjir, kursi meja pada mengambang, kebayang ngga?, kita datang ke mau belajar, eeh... kursi mejanya pada ngambang, yaah namanya anak anak, banjir begini, pada seneng, pada nyebur dah, bahkan ada juga yang mancing ikan, ternyata juga banyak ikannya, bahkan pernah heboh ketika banjir, banyak ular pada keluar, mengambang di aer.

Kembali lagi, akhirnya gue ngajar bahasa Arab, Alhamdulillah ilmu bahasa Arab gue kepake, dari zaman pesantren sampe kuliah, berkutat sama Bahasa Arab, akhirnya keluar juga, hehehe.

Sekitar 2 tahun gue ngajar di MTsN, lalu gue di minta jadi kepada Sekolah di SDIT Nur Fatahillah, sekolah baru, belum ada siswanya, baru bangunan doang, gue di minta cari siswa beserta gurunya, padahal gue belum pengalaman ngelola sekolah. 

Bismillah gue terima jadi Kepsek di SDIT Nur Fatahillah, dari sinilah cerita selanjutnya bermula. 

THE MEGALOMAN FIRE

THE MEGALOMAN FIRE
Gue pernah punya motor tua, Megaloman namanya. Klo di bandingin dengan motor motor tua seangkatannya. Megaloman masih cihuy, beda dengan gue yang sering lupa perbedaan antara memiliki motor dengan ayam.

Kalau ayam laper gue bisa lepas di tetangga buat nyari makan (walau gue ngga yakin si ayam bisa pulang hidup hidup ), sementara gue ngga bisa melakukan hal yang sama terhadap Megaloman.

Masalah yang selalu terulang adalah gue selalu lupa untuk ngisi bensin, di tambah lagi alat pengukur bensinnya sudah ngga berfungsi. Pernah suatu hari, encing gue (bibi), minta di anterin ke blok M, dia ngomong, “udah di cek blom bensinnya Ri?”
“uwh…” kata gue mengingat ngingat sebentar” udah udah”
“Yakin?...coba periksa dulu”
“gak usah! Masih cukup kok, baru di isi dua hari yang lalu”
Lima belas menit kemudian, gue dan Encing gue clangak clinguk nyari pom bensin terdekat.
Encing gue ngeliatin gue, dari pandangannya sepertinya dia mau bilang “ gimane sih Ri”, sambil kakinya nendangin kerikil, kali aja ada duit gopean.

Keluarga gue juga udah maklum dengan betapa ngga pedulinya gue dengan urusan bensin. Jadi kalo pagi pagi gue anterin adik ke sekolah trus bensinnya abis di tengah jalan, gue cuma bilang ke adek, udah turun, bensinnya gue abis, Neng (nama adik gue namanya Neneng Risma), naek angkot aja sana!”

Dan pulang pulang gue di omelin sama emak, Karena nurunin adik sembarangan.
Megaloman adalah Honda Astrea tahun 84 yang sangat gue banggakan, di beli cash oleh BMT, tapi gue bayarnya nyicil ke BMT, heheh bilang aja kredit, dengan kata lain nyicil dah. Di cicil dengan hasil jerih payah gue, ngajar privat dan kuli.

Nama Megaloman di ambil dari tokoh superhero Jepang favorit gue waktu SD, kenapa di namakan megaloman, karena Megaloman, senjata andalannya adalah rambutnya bisa keluar api menyala dan menyerang dan membunuh musuhnya, naah motor gue juga gitu, suka keluar api dari Knalpotnya, bahkan pake meledak juga, kaya petasan. Pernah gue lewatin emak emak latahan, pas di depan emak emak tersebut, knalpot motor gue meledak plus keluar api juga, eeh si emak emak itu lantas aja, keluar latahannya, mana latahannya jorok lagi, gue aja ampe kaget dengernya, lebih kaget dari denger meledaknya knalpot gue.
Ok kembali ke nama megaloman, dengan nama itu gue berharap motor gue akan seperti megaloman, lincah, bisa loncat bahkan terbang, kuat, dan bersahaja . walau kenyataannya “megaloman” gue tetep ngga bisa melawan aturan alam yaitu tua, sakit sakitan dan ejakulasi dini.

Dengan kebanggan punya motor sendiri, gue beli stiker dan di tempel di belakang motor bertuliskan, “Caution : Motor Kredit Dilarang Nyalip!”

Dengan tulisan itu gue merasa bangga dan membawa Megaloman ke kampus. Ketika pelajaran selesai, gue keluar kelas menuju parkiran. Gue bareng Nanang, temen kelas gue, yang agak selenge’an di kampus (Alhamdulillah sekarang beliau jadi kyai, barakallah kyai Nanang), sesampainya di parkiran, gue lihat Megaloman terparkir dengan jumawa, di samping mobil sedan merah. Kontras sekali, seperti langit dan tukul. Namun gue bangga dengan harta pusaka gue itu. Dan supaya lebih bersahabat, gue menawarkan Nanang tumpangan. Kalo  ngeliat tampang gembel si Nanang yang pake kaus oblong dan jins sobek sobek, gue berkesimpulan dia ke kampus naek bajaj

“Ayo Nang, balik bareng gue aja, dari pada ngangkot”

“oh boleh” kata dia kalem. “tapi kayanya gak bisa hari ini deh”

“Kenapa?” Tanya gue penasaran.

“hari  ini gue bawa mobil” kata Nanang sambil buka sedan merah di samping motor butut gue… Rasanya gue mau terjun dari patung pancoran.
Spidometer  Megaloman sudah rusak semenjak pertama kali di beli, pernah juga rantainya putus, pernah juga lampu depannya mati, pernah juga gue ceburin ke empang.

Oke, gue akui gue ngga terlalu ngerti masalah motor. Sehingga untuk benerin Megaloman yang kadang kadang ngadat ini, gue benerin dengan modal sotoy. Gue liat bagian yang rusak, menganalisis dan gue betulin sendiri. Hasilnya? Malah makin parah rusaknya!

Suatu sore menjelang maghrib, Megaloman gue tiba tiba mogok. Minta tumbal lagi, kejadiannya deket kampus dan jauh dari bengkel, gue nuntun kira kira hampir satu kilo buat nyari bengkel. Sampai di bengkel si tukang bengkel tersenyum ceria kemudian nanya, 

“kenapa Dek? Apa yang rusak?”

“Mana gue tahu, kalo gue tahu, gue benerin sendiri…”  gue jawab dalem hati. Setelah dikutak katik sebentar, si tukang bengkel menyimpulkan: mesinnya mesti di bongkar.

“bengkelnya sudah mau tutup. Rumah kau dimana?” tukang bengkel batak itu nanya.

“Di Kampung buaran serpong Om!” gue jawab sayu.

“oh lumayan! Di Tarik saja sampe rumah!”

Di Tarik?  Gue nuntun baru satu kilo aja capeknya setengah mateng, eh malah nyaranin di Tarik. Apa gue terlihat seperti kerbau pembajak sawah? Atau Samson, yang rambutnya bisa narik gajah.

“ditarik gimana Om?” gue nanya.

“ditarik paka motor lain lah. Minta jemput temen kau saja”.

“ooh…”

Ya, gue tercerahkan. Gue keingetan deket situ kan ada temen gue, nama Mbe (eits, itu panggilannya, nama Aslinya Muhammad Barkah, entah kenapa di panggil Mbe, mungkin  dulunya suka ngangon kambing, sehingga di panggil temennya jadi Mbe), karena waktu itu blom ada HP,palingan juga telp umum, susah manggilnya, akhirnya gue jalan kaki kerumahnya Mbe, sebelumnya gue titip dulu motor bentaran dibengkel.

Kurang lebih sekitar satu kilo lagi gue jalan kaki, akhirnya gue sampai kerumah Mbe, waktu sudah masuk maghrib, begitu sampe kerumah Mbe, kebetulan si Mbe mau ke musholla, sholat maghrib, akhirnya gue ikut sholat…, selesai sholat gue minta tolong sama Mbe, bantuin gue ambil motor di bengkel.

Singkat cerita, kita sampe bengkel hari udah gelap, “elu nginep aja di rumah gue, besok pagi kita kebengkel!” kata Mbe. Piker gue, bener juga, klo pun pulang, jauh banget ke Buaran, mana mau si Mbe narik narik motor gue, pake motornya.

Akhirnya gue nginep di rumah Mbe, sama Megaloman juga tentunya. Besok paginya, gue sama Mbe nyari bengkel lain yang lebih deket, setelah setengah jam dorong motor pake motor Mbe, akhirnya ketemu bengkel motor yang lain, maksudnya biar cari opsi lain, masa iya Megaloman turun mesin. Begitu sampe ke bengkel, tukang bengkelnya menyambut, tapi ngga paka karpet merah yaa, “eta kunaon  motornya?” Tanya si akang bengkel, kali ini tukang bengkelnya orang sunda. “mogok Kang!” jawab gue agak kenceng, karena bising suara knalpot motor yang lagi di servis. Kemudian si akang bengkel liat liat motor gue, ngga lama dia bilang, “iyeu mah, busi nya aja yang rusak, ganti busi”, “ooh gitu”..kata gue pelan, padahal di bengkel kemarin di bilangnya mesinnya yang rusak. Alhamdulillah, jadi ngga turun mesin.

Biasanya Megaloman ngga gampang, entah ada apa dengan malam minggu itu.
Beberapa hari setelah kejadian Megaloman mogok, pembicaraan yang hangat di rumah adalah tentang dia. Dalam seminggu Megaloman sudah tiga kali mogok. Mungkin itu kesalahan gue juga karena lupa ngasih 2,5 kilo beras atau uang 10 ribu (ini motor apa fakir miskin sih)

Biasanya kalo gue sampe rumah dan cerita Megaloman mogok lagi, orang orang di rumah berubah jadi ngerti mesin, emak bilang, “mungkin businya lagi tuuh! Besok ganti aja businya. Pembakarannya kurang bagus karena businya, belum diganti!” gue jawab “iya”.
Ade gua anak ABG yang brilian, ngasih pendapat yang juga luar biasa brilian, “udah, bang! Ganti aja motornya”

Gue Cuma jawab kesel, “Iye, ntar gue ganti, sama odong odong!”

Tapi gue punya kecurigaan lain, menurut gue, Megaloman mogok karena punya alasan. Maksud gue bukan hanya semata mata, gue lupa isi bensin. Bukan semata mata gue malas ganti oli. Bukan semata mata karena gue make knalpot buat pemukul kasti

Pernah suatu hari gue ngobrol sama emak gue tentang rencana mau ganti motor, dan gue yakin Megaloman pasti denger pembicaraan tersebut,

Ini serius ! menurut gue,  hal ini sangat melukai perasaan Megaloman. Sekali lagi ini serius dan ilmiah.

Sebuah benda, seberapun kecilnya apalagi yang selalu dekat dengan kita,punya kemampuan merasakan seperti apa yang kita rasakan. Dia bisa sedih, senang bahkan jengkel. Gue membayangkan Megaloman seperti mobil Knigt Rider, yang bisa komunikasi dengan majikannya.

Nabi SAW saja memberi nama Pedangnya dengan nama Dzulfikar dan keledai/Bighal nya dengan nama Duldul. Peralatan sendok, piring, sapu dan sebagainya juga di kasih Nama. Pertanyaannya adalah, kenapa Beliau memberi nama kepada hewan  bahkan kepada benda benda yang kita anggap mati? Kenapa Nabi SAW memberikan penghargaan yang tinggi kepada mereka?

Hari ini Megaloman ngajarin gue satu hal, bahwa benda benda, hewan dan lingkungan sekitar yang kita klaim sebagi makhluk yang ngga punya arti bahkan ngga bernyawa, ternyata memiliki perasaan seperti manusia. Mereka ada makhluk Alloh SWT, yang punya manfaat masing masing. Ngga ada satupun yang Dia ciptakan sia sia.

Seharusnyalah gue menjaga, menghargai serta merawat mereka.
 Wallahu a`lam bish  shawaab

Selasa, 14 Januari 2020

CATATAN KECIL TENTANG TRAVEL UMRAH

CATATAN KECIL TENTANG TRAVEL UMRAH
By: Rinaldi Safiq Marketing IBS Aqobah

Berdasarkan pengamatan sepintas penulis, saat menjadi Peserta di ITE beberapa waktu lalu, ini di hampir semua travel yang menjad peserta pamreani menawarkan program dengan harga menarik, (jika boleh di katakan saat itu menjadi ajang “perang “ harga bagi travel travel).

Masyarakat Indonesia, sangat antusias terhadap ibadah Umrah, pada tahun 2019 saja tercatat di Kementrian Agama, jumlah jamaah umrah sebesar 1,1 juta dan akan bertambah pada tahun 2020.


Peningkatan jumlah jamaah ini dikarenakan beberapa faktor antara lain,
1. Taraf hidup masyarakat khususnya umat Islam di Indonesia sudah semakin membaik.
2. Antrian berangkat berhaji sangat panjang, sehingga salah satu alternatifnya yakni melaksanakan ibadah umrah di tanah suci atau Ke Baitullah di Makkah


Ini menjadi peluang bagi, para pelaku travel.untuk mendapatkan calon jamaah haji yang begitu banyaknya. Tetapi masalahnya, selalu saja ada Travel travel yang “gulung tikar”, baik karena ketidakamanahan atau karena tidak mendapatkan jamaah. Bahkan tidak sedikit travel yang la yahya walaa yamuut ( hidup tidak mati tak mau), bahkan juga ada izin travel yang di “jual” ke travel lain.


Disinyalir bahwa itu terjadi karena di satu sisi secara internal manajemen Travel masih bersifat apa adanya. Walaupun berizin perusahaan tapi manajemennya masih seadanya, karena di anggap ini menyangkut masalah ibadah. Sementara  di sisi lain juga bisnis (jika boleh dikatakan bisnis) travel ini butuh kepercayaan dari masyrakat.sehinggga masyarakat  berbondong-bondong mendaftarkan ibadah umrahnya ke Perusahaan yang terpercaya.


Pertanyaannya adalah bagaimana halnya dengan nasib travel yang la yahya walaa yamutu (tidak berjaya dan tidak bermutu).karena tidak  diminati masyarakat karena mutunya dan kepercayaannya dinilai tidak  bagus. 


Menciptakan inovasi dengan meniru apa yang dilakukan oleh travel lain ,  sepertinya akan kesulitan dan banyak membuang energi. Oleh karena itu, pilihannya adalah melakukan inovasi yang tidak dimiliki oleh travel lain. Inilah yang disebut dengan inovasi dengan menggunakan strategi laut biru (blue ocean strategi/BOS).


BOS adalah strategi keunggulan yang dikembangkan dunia perusahaan bisnis. BOS digagas oleh Chan Kim dan Renee Mauborgne di Harvard University. Kedua pakar manajemen ini mengamati bahwa ada beberapa perusahaan yang tumbuh menjadi besar bukan karena mampu bersaing dengan perusahaan lain, tetapi karena ia tidak mampu menciptakan hal-hal baru yang tidak menjadi elemen yang dipersaingkan. Dengan hal baru tersebut, perusahaan justru leluasa bertumbuh karena nyaris ia memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh perusahaan lain, sehingga nyaris tidak ada persaingan.

Jadi, kuncinya adalah fokus untuk membangun hal baru yang tidak dimiliki oleh yang lain.
Kita bisa lihat bagaimana tumbangnya Perusahaan Nokia yang pernah merajai ponsel di dunia, akhrinya tumbang, begitu juga Blackberry dan yahoo. Kesemuanya itu , bukan karena tidak ada pasar, tapi karena kurang inovasi dan merasa sudah besar.


Oleh karena itu, bagi Travel yang ingin eksis dan unggul,serta di percaya masyaraka harus fokus pada satu atau beberapa keunggulan yang tidak dimiliki oleh perusahaan  atau travel lain, sehingga kalau itu bisa diwujudkan, maka akan bisa melenggang dengan nyaman karena nyaris tanpa saingan.


Untuk itu IBS Buana Sejahtera AQOBAH, harus terus berusaha untuk menemukan kekhasannya, kemudian mengembangkannya, dan menjadikannya sebagai trademark atau branding yang membedakannya dari travel lain lain.
Mari kita bangun IBS Aqobah ini dengan:
1. Profesionalime kerja, sehingga semua dapat di kerjakan dengan baik
2. Bangun kepercayaan masyrakat, bahwa IBS Aqobah, merupakan Travel yang amanah
3. Membuat inovasi inovasi baru, dengan membuat produk yang menarik
4. Membangun tim yang sholid
5. Menjaga hubungan yang baik kepada Alloh SWT, karena usaha ini, tidak hanya bisnis semata tetapi mengandung nilai ibadah, dengan menjaga keihklasan

OPTIMISME HAJI UMRAH DI TENGAH BADAI COVID 19

OPTIMISME HAJI UMRAH DI TENGAH BADAI COVID 19 PANDEMI   Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) telah memengaruhi seluruh tatanan kehidupa...