Selasa, 27 Februari 2018

TAUBAT DAN ISTIGHFAR

asulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
(( يَاأَيُّهَا النَّاسُ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ فَإِنِّيْ أَتُوْبُ فِيْ اليَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ )) رواه مسلم.
“Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah dan memohonlah ampun kepada-Nya, sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari sebanyak 100 kali.” (HR. Muslim).
Demikianlah keadaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, padahal beliau telah diampuni dosa-dosanya, baik yang lalu maupun yang akan datang. Tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah hamba yang pandai bersyukur, pendidik yang bijaksana, pengasih dan penyayang. Semoga shalawat dan salam yang sempurna dilimpahkan kepada beliau.
  • Abu Musa radhiallahu’anhu meriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
(( إِنَّ اللهَ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوْبَ مُسِيْءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ فِيْ النَّهَارِ لِيَتُوْبَ مُسِيْءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا ))
“Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya pada malam hari agar bertaubat orang yang berbuat jahat di siang hari dan Dia membentangkan tangan-Nya pada siang hari agar bertaubat orang yang berbuat jahat di malam  hari, sehingga matahari terbit dari barat (Kiamat).” (HR. Muslim).
  • Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
(( مَنْ تَابَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا تَابَ اللهُ عَلَيْهِ)) رواه مسلم.
“Barangsiapa bertaubat sebelum matahari terbit dari barat niscaya Allah menerima taubatnya.” (HR. Muslim).
Sebab jika matahari telah terbit dari barat maka pintu taubat serta merta ditutup.
Demikian pula tidak ada gunanya taubat seseorang ketika hendak meninggal dunia. Allah berfirman:
 “Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: “sesungguhnya aku bertaubat sekarang.” (An-Nisaa’: 18).
  • Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
(( إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ العَبْدِ مَالَمْ يُغَرْغِرْ )) رواه الترمذي.
“Sesungguhnya Allah menerima taubat seseorang hamba, selama nyawanya belum sampai di kerongkongan.” (HR. At-Tirmidzi, dan ia menghasankannya).
Karena itu setiap muslim wajib bertaubat kepada Allah dari segala dosa dan maksiat di setiap waktu dan kesempatan sebelum ajal mendadak menjemputnya sehingga ia tak lagi memiliki kesempatan, lalu baru menyesal, meratapi atas kelengahannya. Jika dia orang baik, maka dia menyesal mengapa dia tidak memperbanyak kebaikannya, dan jika dia orang jahat maka ia menyesal mengapa ia tidak bertaubat, memohon ampun dan kembali kepada Allah.
  • Dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
(( مَنْ لَزِمَ الاِسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَمِنْ كُلِّ ضَيْقٍ مَخْرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ )) رواه أبو داود.
“Barangsiapa senantiasa beristighfar, niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya kelapangan dan untuk setiap kesempitannya jalan keluar, dan akan diberi-Nya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka.” (HR. Abu Daud)([1]).
Imam Al-Auza’i ditanya: “bagaimana cara beristighfar?” beliau menjawab: “Hendaknya mengatakan: “Astaghfirullah, astaghfirullah.” Artinya, aku memohon ampunan kepada Allah.
Anas radhiallahu’anhu meriwayatkan, aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, Allah berfirman:
 قَالَ الله تَعَالَى: ] يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِيْ وَرَجَوْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ مِنْكَ وَلاَ أُبَالِيْ، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ وَلاَ أُبَالِيْ، يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِيْ بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيْتَنِيْ لاَ تُشْرِكْ بِيْ شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً [ )) رواه الترمذي.
“Allah Ta’ala berfirman: “Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau memohon dan mengharap kepada-Ku, niscaya Aku ampuni dosa-dosamu yang lalu dan aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu sampai ke awan langit, kemudian engkau memohon ampun kepada-Ku niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau datang kepada-Ku dengan dosa-dosa sepenuh bumi dan kamu menemui-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatupun, niscaya Aku datangkan utukmu ampunan sepenuh bumi pula.” (HR. At-Tirmidzi, ia berkata: hadits ini hasan).
Dalam hadits di atas disebutkan tiga sebab mendapatkan ampunan:
  1. Berdoa dengan penuh harap.
  2. Beristighfar, yaitu memohon ampunan kepada Allah.
  3. Merealisasikan tauhid, dan memurnikannya dari berbagai bentuk syirik, bid’ah dan kemaksiatan. Hadits di atas juga menunjukkan luasnya rahmat Allah, ampunan, kebaikan dan anugerah-Nya yang banyak.

AMALAN PENJEMPUT REZEKI

Setiap hari manusia berlomba-lomba mencari rezeki untuk bisa melanjutkan hidup sehari-hari. Masing-masing orang sudah ditetapkan kadar rezekinya oleh Allah SWT. Ada yang sudah bekerja begitu keras, namun hasilnya tidak sesuai harapan. Namun ada juga yang usahanya biasa-biasa saja, diberikan rezeki yang berlimpah.

Ternyata kadar rezeki tidak hanya urusan keras atau tidaknya usaha seseorang dalam mencarinya. Namun ada amalan tertentu yang membuat rezeki selalu nempel dan melekat dengan kita. Amalan ini jika rutin dikerjakan, akan membuat rezeki selalu datang menghampiri tanpa henti dan tidak disangka-sangka. Apa saja amalan tersebut?

1. Taqwa.
Amalan pertama agar rezeki selalu nempel adalah berlaku taqwa kepada Allah. Taqwa merupakan tindakan memelihara diri dari siksa Allah dengan cara menjalankan segala perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya. Hal ini sudah dijelaskan oleh Allah SWT dalam Alquran. Bahwa siapa manusia yang bertaqwa akan diberi rezeki dari berbagai arah yang tidak disangka-sangka.
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya,” (QS ath-Thalaq: 2-3).

2. Tawakal.
Tawakal juga menjadi jalan untuk menggugah Allah memberikan rezeki kepada manusia. Tawakal memiliki makna berserah diri sepenuhnya kepada Allah swt dalam menghadapi menunggu hasil dari suatu usaha atau pekerjaan. Namun tentu saja, tawakal harus disertai kerja keras sebelumnya. Setelah bekerja dengan sungguh-sungguh, barulah kita menyerahkan hasilnya kepada Allah, serta berprasangka baik kepada-Nya. Bahwa seluruh usaha yang kita kerjakan, sebenarnya tidak ada yang sia-sia.

Nabi s.a.w. bersabda: “Seandainya kamu bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, nescaya kamu diberi rezeki seperti burung diberi rezeki, ia pagi hari lapar dan petang hari telah kenyang.” (Riwayat Ahmad, at-Tirmizi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, al-Hakim dari Umar bin al-Khattab r.a.)

3. Salat Dhuha.
Selain melaksanakan salat wajib, Allah SWT juga menyediakan salat sunah yang bisa dilakukan untuk hajat tertentu, termasuk mendatangkan rezeki . Salah satu salat yang dapat mendekatkan rezeki adalah Salat Duha. Salat ini dikerjakan pada waktu Duha, yakni menjelang matahari naik pada pagi hari sekita pukul 08.00 WIB sampai pukul 11.00 WIB.

Firman Allah dalam hadis qudsi: “Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat pada waktu permulaan siang (solat Dhuha), nanti pasti akan Aku cukupkan keperluanmu pada petang harinya." (Riwayat al-Hakim dan Thabrani).

4. Istighfar.
Rezeki terkadang tertutup karena dosa-dosa yang sudah kita lakukan kepada Allah. Jadi untuk membukanya kembali, manusia harus bertaubat dan memohon ampun kepada sang maha pengampun. Caranya adalah dengan banyak membaca istigfar setiap hari. Mohon lah keampunan Allah dengan sungguh-sungguh dengan bacaan sitigfar 100 kali setiap hari. Jika lebih, maka rezeki yang akan datang juga akan lebih pula. Karena ini adalah nyata yang dijanjikan Allah, kepada hamba-Nya yang bertaubat.

"Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirim-kan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu ke-bun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai" (QS Nuh: 10-12).

“Barangsiapa memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah), niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar dan untuk setiap kesempitannya kelapangan, dan Allah akan memberinya rezeki (yang halal) dari arah yang tiada disangka-sangka,” (HR Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa’i, Ibnu Majah dan al-Hakim).

5. Silaturahmi.
Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa dengan menyambung tali silaturahmi maka rezeki tidak akan terputus. Dan benar, lihat saja mereka yang memiliki banyak koneksi dan selalu menjaganya? Pasti orang-orang inilah yang selalu dicari ketika ada pekerjaan yang sesuai. Mereka direkomendasikan oleh orang lain yang mengenalnya. Itulah mengapa kita sering mendengar ‘rezeki kita tidak hanya datang karena kita, namun juga karena orang lain’

Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang senang untuk dilapangkan rezekinya dan diakhirkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), hendaknyalah ia menyambung (tali) silaturahim.”

6. Sedekah.
Sedekah menjadi cara yang paling sering dilakukan orang untuk memancing rezeki. Tidak dipungkiri bahwa Allah SWT menjanjikan balasan 10 kali lipat kepada mereka yang menyedekahkan rezekinya kepada orang lain yang membutuhkan. Namun tanamkanlah dalam hati bahwa bersedekahlah dalam rangka bersyukur, berbagi rejeki & kebahagiaan, bukan dalam rangka mencari rejeki.

Sabda Nabi s.a.w.: “Tidaklah kamu diberi pertolongan dan diberi rezeki melainkan kerana orang-orang lemah di kalangan kamu.” (Riwayat Bukhari).
7. Berbuat Kebaikkan.
Berbuat kebaikan kepada orang lain lain juga menjadi salah satu amalan yang membuat rezeki semakin nempel. Hal ini sudah dijanjikan Allah dalam Alquran serta dijelaskan dalam sabda Rasulullah SAW.

"Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, maka baginya (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barangsiapa yang datang dengan (membawa) kejahatan, maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan." (QS Alqashash:84).

Nabi bersabda: Sesungguhnya Allah tidak akan zalim pd hambanya yg berbuat kebaikan.Dia akan dibalas dengan diberi rezeki di dunia dan akan dibalas dengan pahala di akhirat.(HR. Ahmad).

8. Berdagang.
Saat ini orang berlomba-lomba mencari pekerjaan dengan masuk ke perusahaan besar. Memang hal ini bukan merupakan kesalahan. Namun salah satu pekerjaan yang dapat mengawetkan rezeki adalah dengan berdagang. Hal ini dijelaskan Nabi Muhammad SAW dalam hadist riwayat Ahmad.
Dan Nabi SAW bersabda: “Berniagalah, karena sembilan dari sepuluh pintu rezeki itu ada dalam perniagaan” (Riwayat Ahmad).

9. Bangun Pagi.
Kita sering mendengar ucapan orang tua dulu, “Ayo bangun, udah pagi, nanti rezekinya dipatok ayam lho”. Ternyata ini bukanlah isapan jempol belaka. Karena saat pagi, Allah SWT melalui malaikat-malaikat-Nya menyebarkan rezeki pada pagi hari kepada manusia yang sudah bangun. Sehingga siapa yang terlewat tidur hingga bangun siang, maka tidak akan mendapatkan rezeki yang disebar pagi hari tersebut.

Fatimah (putri Rasulullah) berkata bahwa saat Rasulullah ( S.A.W.) melihatnya masih terlentang di tempat tidurnya di pagi hari, beliau (S.A.W.) mengatakan kepadanya, "Putriku, bangunlah dan saksikanlah kemurahan-hati Tuhanmu, dan janganlah menjadi seperti kebanyakan orang. Allah membagikan rezeki setiap harinya pada waktu antara mulainya subuh sampai terbitnya matahari. ( H.R. Al-Baihaqi).

Aisyah juga meceritakan sebuah hadits yang hampir sama maknanya, yang mana Rasulullah (S.A.W.) bersabda, "Bangunlah pagi-pagi untuk mencari rezekimu dan melakukan tugasmu, karena hal itu membawa berkah dan kesuksesan. (H.R. At-Tabarani).

10. Bersyukur.
Bersyukur adalah cara untuk mendatangkan lebih. Inilah tingkatan keimanan manusia kepada Rabb-nya. Mampukah seseorang bersyukur atas sedikit rezeki yang diberikan Allah atau tidak. Setidaknya, kita tidak hanya memandang rezeki materi yang diberikan Allah dalam bentuk uang. Namun dalam bentuk kesehatan, keluarga yang utuh, tetangga yang baik serta negara yang tidak dalam keadaan perang.

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS Ibrahim:7).

Minggu, 11 Februari 2018

ADAB SAFAR (BEPERGIAN)



RINGKASAN ADAB ADAB SAFAR (BEPERGIAN)
1. Disunnahkan berpamitan lebih dulu bagi orang yang hendak pergi
– Doa orang yang hendak pergi kepada yang ditinggalkan
أَسْتَوْدِعُكُمُ اللهَ الَّذِيْ لاَ تَضِيْعُ وَدَائِعُهُ
 “Aku menitipkan kamu kepada Allah yang tidak akan hilang titipan-Nya..”
(Hasan; HR. Ahmad, dll)
[Rasuulullaah bersabda:
إذا خرجت إلى سفر فقل لمن تخلفه أستودعكم الله الذى لا تضيع ودائعه
Jika kalian hendak keluar safar, maka katakanlah kepada mereka yang kalian tinggalkan: Astawdi’ukumullah, alladzi laa tadhii’u wa daa-i’uhu’ (Aku menitipkan kamu kepada Allah yang tidak akan hilang titipan-Nya…)]
2. tidak boleh  safar sendirian
Terdapat hadits Abdullah bin ‘Amr radhiallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda :
لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي الْوَحْدَةِ مَا أَعْلَمُ مَا سَارَ رَاكِبٌ بِلَيْلٍ وَحْدَهُ
“Sekiranya manusia mengetahui apa-apa yang terjadi sewaktu bersafar sendirian sebagaimana yang aku ketahui. Niscaya tidak seorangpun yang akan melakukan safar di waktu malam sendirian “.
(HR. Bukhari).
3. Disunnahkan mengangkat pemimpin jika safarnya tiga orang atau lebih
Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Jika tiga orang keluar untuk safar maka angkatlah salah satu di antara kalian sebagai pemimpin.”
(HR. Abu Daud, dan berkata Al-Albani rahimahullah : “Hadits hasan shahih).
4. Dilarang membawa anjing dan lonceng dalam safar
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari membawa anjing dan lonceng dalam safar. Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Malaikat tidak akan menemani safar seseorang yang ditemani anjing dan membawa lonceng/alat musik.”
( HR. Muslim).
5. Dilarang bagi wanita safar tanpa ada mahram
al-Bukhari dan Muslim serta selain keduanya meriwayatkan bahwa Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Tidak halal bagi wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk bersafar dalam jarak sehari semalam tanpa didampingi mahram.”
(HR. Bukhåriy)
6. Disunnahkan safar pada waktu terbaik
Dianjurkan untuk melakukan safar pada hari Kamis sebagaimana kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari Ka’ab bin Malik, beliau berkata,
أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – خَرَجَ يَوْمَ الْخَمِيسِ فِى غَزْوَةِ تَبُوكَ ، وَكَانَ يُحِبُّ أَنْ يَخْرُجَ يَوْمَ الْخَمِيسِ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menuju perang Tabuk pada hari Kamis. Dan telah menjadi kebiasaan beliau untuk bepergian pada hari Kamis.
[HR. Bukhari no. 2950.]
Dianjurkan pula untuk mulai bepergian pada pagi hari karena waktu pagi adalah waktu yang penuh berkah. Sebagaimana do’a Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada waktu pagi,
اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا
Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.”
[HR. Abu Daud no. 2606 dan At Tirmidzi no. 1212.

7. Hendaknya melakukan shalat dua raka’at ketika hendak pergi
Sebagaimana terdapat hadits dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا خَرَجْتَ مِنْ مَنْزِلِكَ فَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ يَمْنَعَانِكَ مِنْ مَخْرَجِ السُّوْءِ وَإِذَا دَخَلْتَ إِلَى مَنْزِلِكَ فَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ يَمْنَعَانِكَ مِنْ مَدْخَلِ السُّوْءِ
Jika engkau keluar dari rumahmu, maka lakukanlah shalat dua raka’at yang dengan ini akan menghalangimu dari kejelekan yang berada di luar rumah. Jika engkau memasuki rumahmu, maka lakukanlah shalat dua raka’at yang akan menghalangimu dari kejelekan yang masuk ke dalam rumah.”
[HR. Al Bazzar, )
8. Membaca doa – doa ketika safar yang telah ma’tsur (diriwayatkan) dari Nabi shållallåhu ‘alaihi wa sallam
– Doa ketika ketika meninggalkan rumah
بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لا حَوْلَ وَلا قُوَّةَ إِلا بِاللَّهِ
 “Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, dan tidak ada daya dan upaya kecuali dengan izin Allah,”
– Doa menaiki kendaraan
بسم الله , بسم الله , بسم الله
 (dengan menyebut nama Allaah, dengan menyebut nama Allaah, dengan menyebut nama Allaah)
Ketika sudah duduk di atas kendaraan, membaca:
الحمد لله
 (Segala puji bagi Allaah)
Lalu membaca,
سُبْحَانَ الَّذِى سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ
 (Maha Suci Allah yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami)
Kemudian mengucapkan,
الحمد لله , الحمد لله , الحمد لله
Lalu mengucapkan,
اللَّهُ أَكبرُ , اللَّهُ أَكبرُ , اللَّهُ أَكبرُ
Setelah itu membaca,
سُبْحَانَكَ إِنِّى قَدْ ظَلَمْتُ نَفْسِى فَاغْفِرْ لِى فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ
 (Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku telah menzholimi diriku sendiri, maka ampunilah aku karena tidak ada yang mengampuni dosa-dosa selain Engkau)
– Doa bepergian
سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِين وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ
” Maha Suci Allah yang telah menjalankan kami, dan sebelumnya kami tidak mampu, dan hanya kepada Rabb kami, kami kembali.”
اللَّهمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِي سَفَرِنَا هَذَا البِرَّ وَالتَّقْوَى ، وَمِنَ اْلعَمَلِ مَا تَرْضَى ،
 “Ya Allah! sesungguhnya aku memohon kepadaMu kebaikan dan ketakwaan di dalam perjalanan kami. Begitu pula amal yang Engkau ridhai”
اللَّهمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِي سَفَرِنَا هَذَا ، وَاَطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ ،
 “Ya Allah mudahkan/ ringankanlah perjalanan kami ini, dan jadikan perjalanan yang jauh menjadi dekat dari kami.”
اللَّهمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ، وَالْخَلِيْفَةُ فِي اْلأَهْلِ
 “Ya Allah! Engkaulah teman di dalam perjalanan, dan Pemimpin/ Penjaga keluarga dan harta.”
اللَّهمَّ إِنيِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ، وَكَآبََةِ الْمَنْظَرِ ، وَسُوْءِ المُنْقَلَبِ فِي الْمَالِ وَ اْلأَهْلِ وَالْوَلَدِ
 “Ya Allah! sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari lelahnya perjalanan, dan sedihnya pemandangan, serta kesia-siaan tempat kembali, dan buruknya pemandangan pada harta, keluarga, dan anak.”
(HR. Abu Daud, Shahih).
9. Shålat diatas kendaraanya ketika dalam perjalanan
Termasuk sunnah yang telah banyak ditinggalkan adalah shalat sunnah bagi musafir di atas kendaraannya.
Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma meriwayatkan, beliau berkata : “Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan shalat di atas tunggangan beliau ketika dalam safar dimana beliau mengarahkan tunggangannya ke arah kiblat dan shalat dengan memberi isyarat. Beliau mengerjakannya hanya pada shalat al-lail tidak pada shalat fardhu dan beliau mengerjakan shalat witir di atas kendaraan beliau.” (HR. Al-Bukhari).
10. Doa ketika singgah di suatu tempat
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa yang singgah di suatu tempat kemudian dia berdoa :
أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
 “Aku berlindung kepada dengan kalimat Allah yang sempurna dari kejelekan makhluk yang Engkau ciptakan.” (maka) Tidak akan ada sesuatupun yang dapat memudharatkan sampai ia berlalu dari tempat tersebut.” (HR. Muslim).
12. Hendaklah orang yang bersafar bertakbir (mengucapkan Allahu Akbar) ketika melewati tempat yang tinggi.
Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, “Bahwasanya seorang lelaki bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku hendak bersafar, maka berilah aku nasehat” Beliau menjawab, “Hendaklah kamu bertakwa kepada Allah Ta’ala, dan mengucapkan takbir (bertakbir) ketika melewati tempat yang tinggi.” (HR. at-Tirmidzi, hadits hasan).
Juga berdasarkan hadits Jabir yang ia menuturkan: “Apabila (jalan) kami menanjak, maka kami bertakbir, dan apabila menurun maka kami bertasbih”. (HR. Al-Bukhari).
13. Hendaklah mengucapkan “bismillaah” jika mengalami gangguan dalam perjalanan
Jika terjadi suatu gangguan dalam perjalanan (seperti kendaraan mogok), janganlah menjelek-jelekkan syaithan karena syaithan akan semakin besar kepala. Namun ucapkanlah basmalah (bacaan “bismillah”)
Dari Abul Malih dari seseorang, dia berkata, “Aku pernah diboncengi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu tunggangan yang kami naiki tergelincir. Kemudian aku pun mengatakan, “Celakalah syaithan”. Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyanggah ucapanku tadi,
لاَ تَقُلْ تَعِسَ الشَّيْطَانُ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَعَاظَمَ حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ الْبَيْتِ وَيَقُولَ بِقُوَّتِى وَلَكِنْ قُلْ بِسْمِ اللَّهِ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَصَاغَرَ حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ الذُّبَابِ
“Janganlah engkau ucapkan ‘celakalah syaithan’, karena jika engkau mengucapkan demikian, setan akan semakin besar seperti rumah. Lalu setan pun dengan sombongnya mengatakan, ‘Itu semua terjadi karena kekuatanku’. Akan tetapi, yang tepat ucapkanlah “Bismillah”. Jika engkau mengatakan seperti ini, setan akan semakin kecil sampai-sampai dia akan seperti lalat.”
[HR. Abu Daud.
15. Hendaklah dia berdoa di dalam safarnya dan memohon kepada Allah Ta’ala kebaikan dunia dan akhirat.
Karena safar merupakan waktu yang mustajab untuk berdoa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Terdapat tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi padanya: do’a orang yang dizhalimi, do’a orang yang bersafar, dan do’a orang tua kepada anaknya.” (HR. at-Tirmidzi, hadits hasan).
16. Membaca dzikir ketika masuk desa/kota
Rasulullah SAW membaca pada saat melihat daerah tersebut:
اللَّهُمَّ رَبَّ السَّمَوَاتِ السَّبْعِ وَمَا أَظْلَلْنَ ، وَرَبَّ الأَرَضِينَ السَّبْعِ وَمَا أَقْلَلْنَ ، وَرَبَّ الشَّيَاطِينِ وَمَا أَضْلَلْنَ ، وَرَبَّ الرِّيَاحِ وَمَا ذَرَيْنَ
 “Ya Allah, Tuhan tujuh langit dan apa yang dinaunginya. Tuhan penguasa tujuh bumi dan apa yang di atasnya. Tuhan Yang menguasai syetan-syetan dan apa yang mereka sesatkan. Tuhan Yang menguasai angin dan apa yang diterbangkannya.

17. Disunnah-kan ketika safar untuk meng-QÅSHAR-kan (memendekkan) shålatnya dan BOLEH baginya untuk menjama’ (menggabung) shalatnya
– Sunnah bagi musafir untuk meng-qashar shalatnya
Allah (سبحانه وتعالى) berfirman di dalam surah an-Nisa’ ayat 101:
وَإِذَا ضَرَبْتُمْ فِي الأَرْضِ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَن تَقْصُرُواْ مِنَ الصَّلاَةِ إِنْ خِفْتُمْ أَن يَفْتِنَكُمُ الَّذِينَ كَفَرُواْ
(artinya):“Dan apabila kamu berpergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu meng-Qashar shalatmu, jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu musuh yang nyata bagimu.”
Rasulullah () .  bersabda:
صَدَقَةٌ تَصَدَّقَ الله بِهَا عَلَيكُم فَاقبَلُوا صَدَقَتَهُ
“Ia suatu sedekah yang telah disedekahkan oleh allah kepada kamu. Oleh itu, terimalah sedekah Allah.”
(HR Muslim)

OPTIMISME HAJI UMRAH DI TENGAH BADAI COVID 19

OPTIMISME HAJI UMRAH DI TENGAH BADAI COVID 19 PANDEMI   Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) telah memengaruhi seluruh tatanan kehidupa...