Ayah Bunda yang baik,
Sebelum kita melaksanakan ibadah
Umrah, alangkah baiknya kita tahu tentang keutaamaan kita berangkat atau
berziarah ke tiga masjid yang Alloh muliakan. Bias jadi selama ini kita memang
selau merindukan ketiga tempat/masjid tersebut, bagi yang pernah menunaikan
ibdah haji/umrah, kerinduan itu akan selalu terulang, ingin sekali
berkunjunjung kembali kesana, bagi yang belum pernah, kita juga sangat
merinduinya karena mungkin selama ini kita hanya dengar katanya atau paling
tidak kita hanya melihat di TV bahkan hanya gambarnya saja/poster.
Kali ini kita akan menuju ke sana
(Masjid Al Haram di Makkah dan Masjid NAbawi di MAdinah) dan AL Aqsha
(palestina InsyaAlloh). Kita pun sudah tidak sabaran lagi untuk segera kesana,
Mari kita simak hadits Rasulullah
SAW :
لا
تشد الرحال الا الى ثلالثة مساجد : مسجد
الحرام و مسجد الرسول صلى الله علي و سلم و مسجد الأقصى
“Janganlah (kalian) mengkhususkan melakukan perjalanan (jauh)
kecuali menuju tiga masjid, (yaitu) Masjidil Haram , Masjid ٌRasulullah SAW, dan masjid al-Aqsha ”. (H.R. Bukhari-Muslim).
Ayah Bunda yang baik,
Ternyata berkunjung/ziarah ke
masjid tersebut sangat di anjurkan, walaupun dengan bersusah payah, bisa jadi
kita mengorbankan banyak hal untuk bisa berziarah ke tiga masjid tersebut.
Mari kita kenalkan secara singkat
Ketiga masjid tersebut dan masjid tersebut memiliki keutamaan masing-masing. Mari kita
bahas sekilas.
Masjid Pertama: Masjidil Haram
yang berada di kota Mekkah.
Itulah rumah ibadah yang pertama kali dibangun
untuk umat manusia. Allah SWT berfirman,
ان أول بيت وضع
للناس للذي ببكة مباركا وهدى للعالمين
“Sesunggunya rumah
(ibadah) pertama yang dibangun untuk (umat) manusia adalah (baitullah) yang ada
di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam
semesta.” (QS Ali Imran: 97)
Ketika Nabi Ibrahim membawa
risalah kenabian, dia bersama puteranya, Nabi Ismail meninggikan ka’bah. Allah
SWT berfirman
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim
meninggikan dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya
Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (QS al-Baqarah: 127).
Dalam proses pengerjaan
meninggikan Ka’bah itu, Nabi Ibrahim berdiri di atas sebuah batu. Sedemikian
lamanya dia berdiri hingga telapak kakinya membekas di atas batu itu. Bekas
telapak kaki itu kemudian kita kenal sebagai “Maqam Ibrahim”.
Suatu hari, ketika Rasulallah SAW
sedang tawwaf, Umar bin Khatab menyampaikan kepada Rasulallah SAW agar arah di
mana maqam Ibrahim itu berada dibenarkan pula untuk mejadi tempat shalat.
Usulan Umar bin Khattab itu diperkenankan Allah SWT dalam firman-Nya:
“Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah
itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan
jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan
kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang
thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud”. (Al Baqarah:125).
Sejak itu, kemudian Rasulallah
SAW menganjurkan, apabila selesai tawwaf, hendaklah kita shalat sunnah di
belakang maqam Ibrahim dan mengarah ke ka’bah. Shalat di Masjidil Haram
bernilai seratus ribu kali dibandingkan shalat di masjid lainnya.
Dan yang lebih penting lagi adalah, bahwa
sholat di Masjid AL Haram pahalanya seratus ribu kali lipat di banding sholat
di masjid lain. (HR Ahmad dan Ibnu Majah)
Ayah Bunda yang Sholih dan
Sholihat
Masjid kedua: Masjid Nabawi di
kota Madinah.
Ketika Rasulallah SAW hijrah dari
Mekkah ke Madinah, beliau SAW menaiki unta. Para sahabat yang berada di Madinah
menyambut beliau dan menawarkan untuk menempati tanah mereka. Namun Rasulallah
SAW mengatakan biarkan saja unta itu berjalan, sampai dimana unta berhenti, di
tempat itulah kelak dibangun masjid Nabi.
Unta tersebut ternyata berhenti
di atas sebidang tanah milik dua anak yatim yang berada di bawah perwalian
As’ad bin Zurarah. Ketika itu, tanah tersebut telah dijadikan tempat ibadah
oleh As’ad bin Zurarah. Oleh karenanya, Rasulullah kemudian memanggil kedua
anak yatim tersebut untuk menanyakan berapa harga tanah mereka. Namun keduanya
menjawab, “Tanah ini kami hibahkan saja, wahai Rasulullah”. Rasulullah SAW
menolak tawaran tersebut dan membelinya dengan harga yang pantas.
Dalam riwayat lain disebutkan,
unta itu berhenti di tanah lapang yang berada di depan rumah Abu Ayyub
al-Anshari. Sebagian tanahnya adalah milik As’ad bin Zararah yang dkemudian ia
serahkan sebagai wakaf. Sebagian lagi milik dua anak yatim bersaudara, Sahl bin
‘Amr dan Suhail bin ‘Amr yang lalu dibayarkan harganya oleh Abu Bakar
As-Shiddiq. Di atas tanah tersebut kemudian didirikan masjid Nabawi.
Allah SWT berfirman,“Sesungguhnya
masjid yang didirikan atas dasar takwa sejak hari pertama adalah lebih patut
kamu shalat di dalamnya. Di dalam masjid itu ada orang-orang yang ingin
membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.'' (QS At-Taubah:
108).
Karena itulah, sebagaimana
diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulallah SAW berkata, “shalat di masjidku ini
lebih baik dari seribu kali dari (shalat) di masjid lainnya, kecuali masjidil
haram”.
Dan InsyaAlloh kita akan menuju
ke kedua masjid tersebut insyaAlloh
Masjid ketiga: Masjid al-Aqsa. Di Palestina
Allah SWT berfirman,
“Maha suci Allah yang telah
memperjalankan hamba-Nya pada waktu malam dari Masjid Al-Haram ke Masjid
Al-Aqsha yang diberkahi sekelilingnya untuk Kami perlihatkan ayat-ayat Kami,
bahwasanya Dia itu Maha Mendengar dan Maha Melihat”. (Q.S. Al-Isra: 1).
Ayat tersebut berkenaan dengan
peristiwa Isra dan Mi’raj. Ayat tersebut sekaligus menunjukkan ketinggian,
keutamaan, dan kemuliaan Masjid al-Aqsha. Dalam sejarah disebutkan, di sekitar
kawasan Masjid al-Aqsha inilah para nabi dimakamkan. Antara lain, Nabi Ibrahim,
Syu’aib, Musa, Dawud, Yunus, Sulaiman, dan beberapa sahabat Nabi seperti Salman
Al-Farisi, Ubadah bin Shamit, dll.
Generasi pertama yang membebaskan
Masjid al-Aqsa adalah Umar bin Khattab. Dia menerima kunci Masjid al-Aqsa
langsung dari seorang pendeta yang sebelumnya menguasai kawasan tersebut.
Memang, orang-orang Kristen Palestina memberikan mandat kepada Khalifah Umar
bin Khattab agar diri, harta, dan kemuliaan mereka diberikan kepastian hukum
dan jaminan keamanan. Umar bin Khattab pun memenuhi janjinya.
Generasi kedua yang memenangi
perang merebut Masjid al-Aqsa adalah Shalahuddin al-Ayyubi. Konon, dia pernah
berikrar untuk tidak akan tersenyum selama hidupnya sebelum membebaskan Masjid
Al-Aqsha. Akhirnya pada tanggal 27 Rajab 573H / 2 Oktober 1187 M, Masjid
Al-Aqsha dan kawasan sekitarnya dapat dibebaskan kembali oleh Shalahuddin
Al-Ayyubi dari penjajahan pasukan Salibis.
Generasi terakhir adalah Sultan
Abdul Hamid II tahun 1876-1911 M, ketika memimpin Khilafah Turki Utsmani. Dia
mempertahankan hak muslimin dengan tidak memberikan sejengkalpun tanah Masjid
Al-Aqsha dan kawasan Palestina kepada orang-orang Yahudi.
Mereka begitu kuat memegang
prinsip tentang kemuliaan Masjid al-Aqsa sebab dilandasi keimanan yang kokoh.
Telah diriwayatkan dari Maimunah, wanita budak yang dimerdekakan oleh Nabi SAW,
sesungguhnya dia berkata, “Wahai
Rasulullah, berilah fatwa kami tentang Baitul Maqdis”. Nabi bersabda,
“Datangilah dan shalatlah di sana. Bila engkau tidak bisa datang ke sana untuk
menjalankan shalat di dalamnya, maka kirimkan minyak untuk menerangi
lampu-lampunya”. (HR Abu Dawud).
Ketika Rasulallah SAW menjelaskan
keutamaan Masjid al-Aqsa, beliau membandingkannya dengan Masjid Nabawi.
Rasulallah SAW berkata, “Shalat di masjidku ini lebih utama dibandingan empat
kali shalat di dalamnya (Masjid al-Aqsha)….”
Artinya, shalat di Masjid al-Aqsa bernilai dua ratus lima puluh kali
lebih baik dari masjid manapun, selain Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
Tapi sekarang ironi sekali Masjid
suci ketiga bagi umat Islam Masjid Al
Aqsha di kuasai oleh Israel, banyak kejadian pelecehan yang dilakukan oleh
Israel terhadap Masjid Al Aqsha. Banyak sudah kaum muslimin jadi korban dan
mereka syahid karena membela dan mempertahankan Masjid Al Aqsha.
Kita hanya bisa berdoa dan
memberi bantuan bagi Al Aqsha, dan insyaAlloh kita akan bisa sholat di Masjid
Al Aqsha yang mulia dengan tenang setelah kembali kepangkuan umat Islam
Sebagai muslim, patutlah kita
merindukan ketiga masjid tersebut dan berniat secara sungguh-sungguh untuk bisa
menunaikan shalat di dalamnya.
Wallahua’lam bis showab.