Sebulan penuh, ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma merasakan kepedihan dan juga
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam akibat ulah orang-orang munafik ini.
Sampai akhirnya, Allâh Azza wa Jalla menurunkan sepuluh ayat al- Quran prihal
berita dusta ini. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِنْكُمْ
ۚ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَكُمْ ۖ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۚ لِكُلِّ امْرِئٍ
مِنْهُمْ مَا اكْتَسَبَ مِنَ الْإِثْمِ ۚ وَالَّذِي تَوَلَّىٰ كِبْرَهُ مِنْهُمْ
لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ ﴿١١﴾ لَوْلَا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُونَ
وَالْمُؤْمِنَاتُ بِأَنْفُسِهِمْ خَيْرًا وَقَالُوا هَٰذَا إِفْكٌ مُبِينٌ ﴿١٢﴾
لَوْلَا جَاءُوا عَلَيْهِ بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاءَ ۚ فَإِذْ لَمْ يَأْتُوا
بِالشُّهَدَاءِ فَأُولَٰئِكَ عِنْدَ اللَّهِ هُمُ الْكَاذِبُونَ ﴿١٣﴾ وَلَوْلَا
فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ لَمَسَّكُمْ
فِي مَا أَفَضْتُمْ فِيهِ عَذَابٌ عَظِيمٌ ﴿١٤﴾ إِذْ تَلَقَّوْنَهُ
بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُمْ مَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ
وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمٌ ﴿١٥﴾ وَلَوْلَا إِذْ
سَمِعْتُمُوهُ قُلْتُمْ مَا يَكُونُ لَنَا أَنْ نَتَكَلَّمَ بِهَٰذَا سُبْحَانَكَ
هَٰذَا بُهْتَانٌ عَظِيمٌ ﴿١٦﴾ يَعِظُكُمُ اللَّهُ أَنْ تَعُودُوا لِمِثْلِهِ
أَبَدًا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ ﴿١٧﴾ وَيُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ ۚ
وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ ﴿١٨﴾ إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ
الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا
وَالْآخِرَةِ ۚ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ ﴿١٩﴾ وَلَوْلَا
فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ وَأَنَّ اللَّهَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
11. Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita
bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita
bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu, tiap-tiap orang
dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara
mereka yang mengambil bagian terbesar dalam penyiaran berita bohong itu, maka
baginya azab yang besar.
12. Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu
orang-orang Mukminin dan Mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka
sendiri, dan (mengapa tidak) mengatakan, “Ini adalah berita bohong yang nyata.”
13. Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak
mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu ? Karena mereka tidak
mendatangkan saksi-saksi, maka mereka itu di sisi Allâh adalah orang- orang
yang dusta.
14. Sekiranya tidak ada kurnia Allâh dan rahmat-Nya
kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang
besar, akibat pembicaraan kamu tentang berita bohong itu.
15. (Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong
itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu
ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja, padahal
dia di sisi Allâh adalah besar.
16. Dan Mengapa kamu diwaktu mendengar berita bohong
itu tidak mengatakan, “Kita sama sekali tidak pantas untuk mengucapkan ini,
Maha Suci Engkau (Ya Rabb kami), ini adalah dusta yang besar.”
17. Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali
memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman.
18. Dan Allâh menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu.
Dan Allâh Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
19. Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita)
perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi
mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. dan Allâh mengetahui, sedang,
kamu tidak mengetahui.
20. Dan sekiranya bukan karena kurnia Allâh dan
rahmat-Nya kepada kamu semua, dan Allâh Maha Penyantun dan Maha Penyayang,
(niscaya kamu akan ditimpa azab yang besar).
[ an-Nûr/24:11-20]
Dengan turunnya ayat ini, maka permasalahan ini pun
menjadi jelas. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Ummul Mukminin
‘Aisyah Radhiyallahu anhuma merasa lega. Begitu juga yang dirasakan oleh kaum
Muslimin, namun mereka merasa berang dengan orang-orang yang ikut andil dalam
mencoreng nama baik ummul Mukminin. Abu Bakar as-shiddiq Radhiyallahu anhu
tersulut emosinya ketika tahu bahwa Misthah bin Utsâtsah, sepupu beliau
Radhiyallahu anhu yang selama ini dibantu ekonominya ternyata ikut andil dalam
menyebarkan berita yang telah melukai hati Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan seluruh kaum Muslimin ini. Bahkan sampai beliau Radhiyallahu anhu
bersumpah untuk tidak akan membantunya lagi. Lalu turunlah firman Allâh Azza wa
Jalla :
وَلَا يَأْتَلِ أُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ
أَنْ يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ ۖ وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ
لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan
kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan)
kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang
berhijrah di jalan Allah, dan hendaklah mereka mema’afkan dan berlapang dada.
Apakah kamu tidak ingin Allâh mengampunimu? dan Allâh adalah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang [an-Nûr/24: 22]
Akhirnya Abu Bakar Radhiyallahu anhu membantu Misthah
kembali karena mengharap ampunan dari Allâh Azza wa Jalla .
Dalam ayat-ayat di atas, Allâh Azza wa Jalla mencela
mereka yang terperangkap dalam jebakan orang-orang munafik dan memuji kaum
Mukminin yang tidak termakan isu ini dan menyikapinya dengan bijak sembari
menyakini kedustaan berita ini. Diantara yang tersanjung dengan ayat ini adalah
Abu Ayyub al-Anshari Radhiyallahu anhu. Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan
sebuah hadits yang memberitakan bahwa salah shahabat Rasûlullâh dari kaum
Anshar saat mendengar berita ini, beliau Radhiyallahu anhu mengatakan :
Kita sama sekali tidak pantas untuk mengucapkan ini,
Maha Suci Engkau (Ya Rabb kami), ini adalah dusta yang besar [HR. Bukhari, al
Fath, 28/110, no. 7370]
Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan bahwa orang ini
adalah Abu Ayyub Radhiyallahu anhu.
Setelah perkara ini menjadi jelas, Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian menuntaskannya dengan memberikan sanksi
kepada mereka yang terlibat.
PELAJARAN
DARI KISAH DI ATAS
1. Menyebarkan berita dusta merupakan salah satu metode kaum munafik dan musuh
Islam untuk menyerang agama ini. Kisah di atas dan kisah sebelumnya (pada edisi
10) menunjukkan hal ini. Maka hendaknya kaum Muslimin mengambil pelajaran dari
kisah ini ! Terutama saat mendengar berita-berita yang mencederai nama kaum
Muslimin dan menyikapinya dengan bijak.
2. Peristiwa ini menunjukkan kenabian beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menerima wahyu dari Allâh Azza wa Jalla .
Seandainya al-Qur’an itu buatan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
sebagaimana tuduhan orang-orang kafir, tentu Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam tidak akan membiarkan berita ini berlarut-larut. Namun fakta menunjukkan
bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menunggu wahyu dari Allâh Azza wa
Jalla
3. Kisah di atas juga menunjukkan syari’at penegakan
had qadzf (sanksi karena menuduh) kepada orang yang terbukti telah menuduhkan
perbuatan keji kepada kaum Muslimin yang menjaga kehormatan mereka