KESHALIHAN
ORANG TUA JUGA KE SHALIHAN ANAK
Ada pepatah mengatakan “buah
apel jatuh tidak jauh dari pohonnya”. Pepatah ini ingin mengatakan bahwa,
sikap dan sifat baik fisik maupun psikis seorang anak tidak akan jauh dari
sikap dan sifat serta fisik maupun Psikis orang tuanya. Anak adalah gambaran
seseorang masa kecilnya. Bahkan beberapa sifatnya biasanya akan menurun ke
anaknya, kecerdasannya, kebaikannya, kesholehannya.
Hal ini dapat diambil dari
kisah pertemuan Nabi Musa ketika berguru kepada Nabi Khidir. Singkat cerita,
Nabi Musa menilai Nabi Khidir melakukan suatu hal yang aneh. Perilaku Nabi
Khidir yang dianggap aneh ini berulang hingga tiga kali.
Perilaku aneh Nabi Khidir yang
terakhir adalah ketika membangun tembok rumah tanpa imbalan sepeserpun. Nabi
Musa terheran-heran, hingga akhirnya mempertanyakannya. Akhirnya Nabi
Khidir menjawab pertanyaan Nabi Musa tersebut.
Di dalam al-Kahfi ayat
82, Nabi Khidir memberi 3 alasan dibalik perbuatan yang telah dilakukannya
tadi.
1. tembok yang dibangunnya itu milik dua anak Yatim, dalam al-Qur’an menyebutkan:
وَأَمَّا الْجِدَارُ
فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ
لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا
أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ ۚ وَمَا
فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ۚ ذَٰلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا
“Adapun dinding rumah
adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta
benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh,
maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan
mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku
melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan
perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya”. (Q.S al-Kahfi: 82)
2. Di bawah tanah tersebut, tersimpan harta melimpah. Adapun
penggalan teks dari Surat al-Kahfi ayat 82 menyebutkan:
وكان تحته كنز لهما
“Di bawahnya tersimpan
harta bagi mereka”
Sebagian ulama, berpendapat
bahwa sesuatu yang tersimpan tersebut adalah lembaran-lembaran ilmu. Tapi banyak
yang berpendapat adalah ‘harta’ yang berlimpah. Karena
lafaz kanzun sudah masyhur ditelinga orang arab, yang berarti
nama sebuah tempat penyimpanan harta.
3. karena orang tua dari anak yatim tersebut adalah orang shaleh. ayat menyebutkan:
وَكَانَ أَبُوهُمَا صالحا
“Sedangkan orang tuanya
adalah orang yang saleh/baik”
Di dalam banyak kitab
tafsir tidak dijelaskan perbuatan baik apa yang telah dilakukan orang tua
tersebut. Tetapi ayat ini mengandung
makna bahwa Allah Ta’ala menjaga orang saleh dan juga keturunannya, meskipun
keturunan jauh. Hal ini karena ada riwayat bahwa Allah menjaga orang-orang
saleh sampai tujuh anak turunnya. Bisa kita lihatdi surat al-A’raf ayat 196:
إِنَّ وَلِيِّيَ اللَّهُ
الَّذِي نَزَّلَ الْكِتابَ وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِينَ
“Sesungguhnya pelindungku
adalah Allah yang telah menurunkan kitab (al-Qur’an). Dia melindungi
orang-orang saleh.”
MenurutIbnu Katsir pada ayat
82 dalam Surat al-Kahfi ini, ayat ini dapat menjadi dalil bahwa seseorang yang
saleh dapat melindungi keturunannya. Ibadahnya dapat memberkahi keturunannya di
dunia, dan juga dapat menolong keturunannya di akhirat. Seseorang tersebut juga
dapat mengangkat derajat –hingga derajat tertinggi– keturunannya di Surga,
supaya keturunannya senantiasa dapat bersamanya.
Sesungguhnya Allah Ta’ala
senatiasa menjaga anak orang yang shaleh, begitu juga cucunya. Begitu juga arah
di mana dia berada, dan lingkungan di sekitarnya. Semua –yang berhubungan
dengan orang shaleh itu– selamanya dalam penjagaan Allah dan
lindunganNya.
Jadi perbuatan baik orang
tua bisa berpengaruh terhadap keturunannya. Bahkan sampai anak cucu tujuh
turunan. Maka sangatlah lazim bagi para orang tua yang secara sabar, ikhlas,
dan telaten memiliki dampak kebaikan yang besar bagi anak cucunya. Selain itu,
anak-anak juga secara langsung mengamati hal-hal yang
dilakukan oleh orang tua. Jika orang tuanya
selalu mencontohkan perbuatan baik, anak-anak akan berpotensi besar mengikuti
atau mengerjakan hal yang sama dengan perbuatan orang tuanya.
Oleh karena itu marilah
kita sebagai orang tua, kita harus menjadi orang shaleh, niscaya anak keturunan
kita pun akan menjadi shaleh pula. Dan jangan lupa juga berdoa minta kepada
Alloh SWT, agar di berikan anak keturunan yang shaleh. Sebagaimana dalam surat
Ash Shaffaat ayat 100,
رَبِّ هَبْ
لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
“Ya Alloh,anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang orang yang shaleh”.
“Ya Alloh,anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang orang yang shaleh”.
Dan ingatlah di akhirat
kelak kita akan di kumpulkan kembali oleh anak dan cucu kita, jika kita
semuanya menjadi orang orang yang beriman
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ
ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ
مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ ۚ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
“Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak
cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka
dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka.
Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.”(Ath Thuur :
21)
Wallahu a’lam.
Rinaldi Safiq