Kamis, 18 Juni 2020

OPTIMISME HAJI UMRAH DI TENGAH BADAI COVID 19

OPTIMISME HAJI UMRAH DI TENGAH BADAI COVID 19

PANDEMI Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) telah memengaruhi seluruh tatanan kehidupan manusia, mulai dari bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi, sosial, sampai pada persoalan agama. Untuk menekan penyebaran Covid-19 yang begitu cepat, kebijakan untuk menjaga jarak fisik satu sama lain (physical distancing) telah dikeluarkan oleh WHO.
Pemerintah RI sejak 1 April 2020 telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Desease 2019 (Covid-19) yang mengacu pada Undangundang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan. Dan saat ini telah bersiap diri untuk menyonsong era New Normal dengan tata aturan kehidupan yang baru pula.

Hal ini tentu berdampak pada pelaksanaan ibadah umrah dan haji yang secara rutin di laksanakan sebagian besar muslim di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Setelah mengalami penantian dan masa ketidakpastian yang cukup panjang, maka pada Selasa (2 Juni 2020) pagi Pemerintah RI melalui Kementerian Agama RI telah menetapkan keputusan mengenai pelaksanaan haji 2020 (1441 H).


Seberat apa pun, menghadapi pandemi Korona saat ini, kita perlu tetap menjaga optimisme kita. "Optimism is the faith that leads to achievement. Nothing can be done without hope and confidence, begitu pernah dikatakan Helen Keller. Kita mesti melihat pandemi Korona ini sebagai tantangan yang mesti diupayakan solusinya. Bukan justru melihat pandemi ini melulu sebagai masalah dan lalu membuat kita buru-buru angkat tangan, melempar handuk, mengibar-ngibarkan bendera putih, menyerah kalah.

Mari kita jadikan musibah ini sebagai tantangan, terlebih lagi kita yang bergerak didalam aktifitas Ibadah.

Mari kita lihat Al Quran

قَالَ رَبِّ ٱشْرَحْ لِى صَدْرِى 

وَيَسِّرْ لِىٓ أَمْرِى

وَٱحْلُلْ عُقْدَةً مِّن لِّسَانِى

يَفْقَهُوا۟ قَوْلِى
واجعل وزيرا من أهلي


"Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku; dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku (QS Thaha 25-29)

Ayat tersebut merupakan salah satu doa Nabi Musa AS. Ketika diperintah oleh untuk menghadap Fir`aun, lalu Nabi Musa AS berdoa, dengan doa diatas tadi.

Paling tidak ayat diatas juga mengajarkan kepada kita tentang bagaimana menjadikan suatu kejadian (musibah) menjadi sebuah tantangan dan menjadikan juga peluang.

1. Lapang dada  (isyroh fii shadri)
 Bahwa semua kejadian dunia ini pasti sudah Alloh SWT taqdirkan, dan sudah Alloh tuliskan di Lauhil mahfuzd ,

Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah QS : Al Hadiid:22)


Yakinlah bahwa ini merupakan salah satu skenario Alloh SWT, dan pasti ada kebaikan di dalamnya. Banyak hikmah yang sudah kita dapat baik, yang terasa sekarang maupun yang belum kita rasakan. Kita hanya perlu berlapang dada atas semua hal yang Alloh SWT berikan kepada kita insyaAlloh bernilai ibadah.

2. Ada banyak Kemudahan (taysiir al umuur)
Bersama kesululitan  pasti ada kemudahan (QS AL Insyah : 6)
Bahkan Alloh SWT sampai mengulang 2 kali ayat hamoir sama di surat Al Insyrah. Dan subhanallah, ternyata banyak orang orang yang tumbuh kreatif karena musibah ini, banyak orang yang survive karena musibah ini, dan begitulah karakter manusia, jika ditekansesuatu, maka kita akan lebih tumbuh berkembang, begitu juga bisnisumrah ini, walaupun yang pertama kali berdampak atas musibah ini adalah  para travel Haji umrah, dan yakin para travel sudah pasti sudah pasti bisa menjalaninya (lih. Tulisan Bloq saya Catatan Kecil Tentang Travel Umrahhttp://rinaldisafiq.blogspot.com/2020/01/catatan-kecil-tentang-travel-umrah.html)


3. Bersikap tenang
Bersikiap tenang merupakan setengah dari solusi, bersikap tenang bukan berarti pasif, bersikap tenang tidak mesti terlambat mikir. Justru bersikap tenang merupakan indikator kedewasaan , bersikap tenang adalah responsive dalam mengahadapi sesuatu, bukan reaktif. Dari ketenangan itulah maka akan timbul kata katanya yang menyeejukkan yang membuat orang lain juga akan tenang. Ini lah juga yang saat ini dio butuhkan dalam mengahadapi musibah pandemi ini. Sikap reaktif malah menambah musibah bertambah menjadi berat. Bisa kita katakan bersikap tenang itu adalah arfi bijkasana dalam bersikap.
Dalam hal ini, ketika Haji batal berangkat, umrah juga belum ada kepastian, maka di perlukan sikap tenang/bijak, dan tidak juga membuat yang lain tidak tenang. Yakinlah bahwa ibadah Haji dan umrah ini, tetap pasti akan terlaksana hingga yaumil qiyamah.

4. Kerja sama (waj `al lii waziiran min ahlii)
Bahwa ketika menghadapi ini, kita tidak bisa sendirian, perlu kerja sama dengan semua elemen. Bahwa musiba ini adalah Pandemik, maka hampir seluruh dunia mengalami, maka seluruh manusia di dunia ini perlu kerja sama yang lebih besar lagi. Minimal kita berkerja sama dengan keluarga kita, waj `al  lii waziiran min ahli . kita harus bahu membahu dalam mengahadapi musibah ini. Dalam hal ini, Haji umrah pun, menjadi kerja bersama kita, tidak hanya pihak travel tapi juga seluruh jamaah dan para mitra yang berada di dalammnya.

Paling tidak empat hal itulahj yang harus kita lakukan dalam menghadapi musibah ini.  Yang paling utama adalah bahwa, karena ini adalah milik Alloh SWT, maka yakinlah pasti alloh lah yang akan menyelesaikan semua ini dan pasti ada hikma di balik ini semua.

Wa Allahu `alam bishawwab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

OPTIMISME HAJI UMRAH DI TENGAH BADAI COVID 19

OPTIMISME HAJI UMRAH DI TENGAH BADAI COVID 19 PANDEMI   Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) telah memengaruhi seluruh tatanan kehidupa...