Senin, 04 November 2019

KESHALIHAN ORANG TUA JUGA KE SHALIHAN ANAK


KESHALIHAN ORANG TUA JUGA KE SHALIHAN ANAK
Ada pepatah mengatakan “buah apel jatuh tidak jauh dari pohonnya”. Pepatah ini ingin mengatakan bahwa, sikap dan sifat baik fisik maupun psikis seorang anak tidak akan jauh dari sikap dan sifat serta fisik maupun Psikis orang tuanya. Anak adalah gambaran seseorang masa kecilnya. Bahkan beberapa sifatnya biasanya akan menurun ke anaknya, kecerdasannya, kebaikannya, kesholehannya.
Hal ini dapat diambil dari kisah pertemuan Nabi Musa ketika berguru kepada Nabi Khidir. Singkat cerita, Nabi Musa menilai Nabi Khidir melakukan suatu hal yang aneh. Perilaku Nabi Khidir yang dianggap aneh ini berulang hingga tiga kali.
Perilaku aneh Nabi Khidir yang terakhir adalah ketika membangun tembok rumah tanpa imbalan sepeserpun. Nabi Musa terheran-heran, hingga akhirnya mempertanyakannya.  Akhirnya Nabi Khidir menjawab pertanyaan Nabi Musa tersebut.
Di dalam al-Kahfi ayat 82, Nabi Khidir memberi 3 alasan dibalik perbuatan yang telah dilakukannya tadi.
1.       tembok yang dibangunnya itu milik dua anak Yatim, dalam  al-Qur’an menyebutkan:
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ ۚ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ۚ ذَٰلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا
“Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya”. (Q.S al-Kahfi: 82)
2.      Di bawah tanah tersebut, tersimpan harta melimpah. Adapun penggalan teks dari Surat al-Kahfi ayat 82 menyebutkan:
وكان تحته كنز لهما
“Di bawahnya tersimpan harta bagi mereka”
Sebagian ulama, berpendapat bahwa sesuatu yang tersimpan tersebut adalah lembaran-lembaran ilmu. Tapi banyak yang  berpendapat  adalah ‘harta’ yang berlimpah. Karena lafaz kanzun sudah masyhur ditelinga orang arab, yang berarti nama sebuah tempat penyimpanan harta.
3.      karena orang tua dari anak yatim tersebut adalah orang shaleh.  ayat menyebutkan:
وَكَانَ أَبُوهُمَا صالحا
“Sedangkan orang tuanya adalah orang yang saleh/baik”
Di dalam banyak kitab tafsir tidak dijelaskan perbuatan baik apa yang telah dilakukan orang tua tersebut. Tetapi  ayat ini mengandung makna bahwa Allah Ta’ala menjaga orang saleh dan juga keturunannya, meskipun keturunan jauh. Hal ini karena ada riwayat bahwa Allah menjaga orang-orang saleh sampai tujuh anak turunnya. Bisa kita lihatdi  surat al-A’raf ayat 196:
إِنَّ وَلِيِّيَ اللَّهُ الَّذِي نَزَّلَ الْكِتابَ وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِينَ
“Sesungguhnya pelindungku adalah Allah yang telah menurunkan kitab (al-Qur’an). Dia melindungi orang-orang saleh.”
MenurutIbnu Katsir pada ayat 82 dalam Surat al-Kahfi ini, ayat ini dapat menjadi dalil bahwa seseorang yang saleh dapat melindungi keturunannya. Ibadahnya dapat memberkahi keturunannya di dunia, dan juga dapat menolong keturunannya di akhirat. Seseorang tersebut juga dapat mengangkat derajat –hingga derajat tertinggi– keturunannya di Surga, supaya keturunannya senantiasa dapat bersamanya.
Sesungguhnya Allah Ta’ala senatiasa menjaga anak orang yang shaleh, begitu juga cucunya. Begitu juga arah di mana dia berada, dan lingkungan di sekitarnya. Semua –yang berhubungan dengan orang shaleh itu–  selamanya dalam penjagaan Allah dan lindunganNya.
Jadi perbuatan baik orang tua bisa berpengaruh terhadap keturunannya. Bahkan sampai anak cucu tujuh turunan. Maka sangatlah lazim bagi para orang tua yang secara sabar, ikhlas, dan telaten memiliki dampak kebaikan yang besar bagi anak cucunya. Selain itu, anak-anak juga secara langsung mengamati hal-hal yang
 dilakukan oleh orang tua. Jika orang tuanya selalu mencontohkan perbuatan baik, anak-anak akan berpotensi besar mengikuti atau mengerjakan hal yang sama dengan perbuatan orang tuanya.
Oleh karena itu marilah kita sebagai orang tua, kita harus menjadi orang shaleh, niscaya anak keturunan kita pun akan menjadi shaleh pula. Dan jangan lupa juga berdoa minta kepada Alloh SWT, agar di berikan anak keturunan yang shaleh. Sebagaimana dalam surat Ash Shaffaat ayat 100,
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ

“Ya Alloh,anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang orang yang shaleh”.
Dan ingatlah di akhirat kelak kita akan di kumpulkan kembali oleh anak dan cucu kita, jika kita semuanya menjadi orang orang yang beriman
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ ۚ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ

“Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.”(Ath Thuur : 21)
Wallahu a’lam.
Rinaldi Safiq

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

OPTIMISME HAJI UMRAH DI TENGAH BADAI COVID 19

OPTIMISME HAJI UMRAH DI TENGAH BADAI COVID 19 PANDEMI   Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) telah memengaruhi seluruh tatanan kehidupa...