DAKWAH KE NEGERI
GINGSENG
Sepulang saya
dari ibadah umrah, tiba tiba ada informasi, saya dapet tugas Dakwa ke Korea
Selatan, “Subhanallah wal hamdulillah”, itu kalimat yang terucap olehku, serasa
lelah belum hilang, oleh oleh umrah pun belum habis, tiba tiba saya harus
berangkat lagi ke Korea Selatan –subhanallah, serasa do`a ini depan multazam
belum hilang, kerena yang di panjatkan ke Alloh, depan multazam adalah “YA
Alloh beri saya kesemptan untuk dapat berdakwah keluar Neger” (tanpa menyebut
nama negaranya), subhanallah.
Singkat cerita,
saya berangkat tepat pada hari ke 3 Ramadhan bersamaan kamis 9 Mei 2019 bersama Ust. Agus Wahid dan Ust.
Zaedi. Take off pukul 18.30 (bersamaan pas buka puasa, ini ada cerita
tersendiri karena hampir tertinggal pesawat)
Tiba di Bandara
Buzan, sekitar pukul 06 pagi waktu Korea, di sambut oleh Ketua PKPU Korea
Selatan, Pak Dedi Alhamdulillah...langsung di antarkan ke Lokasi Masjid Al
Muttaqin Dasan Daegu , eh sebelumnya saya tranist dulu di Masjid At Taubah
Guji. (sholat jumat di Masjid At Taubah)
Masjid Al
Muttaqin Dasan Daegu
Tiba saya di
Masjid AL Muttaqin Dasan, sekitar pukul 14.00 (waktu setempat), tidak habis
habisnya mulut ini memuji Alloh, tiba di Korea Selatan di sebuah tempat yang
jauh dari keramaian, di sebuah desa di Koreas selatan, di luar ekspetasi saya
dan gambaran saya tentang Korea,- sebuah Negara maju, yang serba canggih dan
modern, asumsi saya di korea Selatan kita akan menemukan bangunan megah dan
modern- tapi ternyata saya mendatangi sebuah tempat di Desa Dasan, di sebuah
tempat eks Hotel yang kemudian di Sewa oleh teman teman muslim, ruangan bekas
gudang dan restoran.
Bertempat di
sebuah desa Dasan Daegu, yang jauh dari perkotaan, sangat sunyi, saking
sunyinya, jika di pagi hari telinga seperti mendengung, letakknya di pingir
danau/ atau sungai dan juga di pinngir hutan, kalaupun di di sisi jalan Raya,
tapi jalannya sangat sepi, jarang kendaraan lewat, saat itu sedang musim semi,
perpindahan dari musi m dingin ke musim panas, tapi jika malam dan pagi, masih
sangat dingin. Suatu tempat, yang tidak pernah saya dapati di Indonesia. Oh iya
panjangnya waktu puasa di korea Selatan sekita 16 jam, sebuah tantangan
tersendiri, karena biasanya kita di indonesia hanya sekitar 12 jam.
Diawali sholat
tarawih kemudian kajian bada tarawih, sekitar pukul 22.30, karena baru sholat
isya dan tarawih saja pukul 21.30, memang agak malam yaa....agak kaget juga
sih, tetapi akhirnya terbiasa, di buka sambutan oleh ketua DKM ust Su`ud Saram,
kajian pertama saya berbicara seputar tentang Ramadhan , karena memang masih
awal Ramdhan. Alhamdulillah jumalh jamaahnya lumayan banyak, setiap sholat
tarawih sekitar 30 – 50 orang, meski harus dijemput oleh DKM dari kost nya
masing masing
Mukim di Masjid
AL Muttaqin Dasan dari tanggal 10 sampai 16 Mei 2019, disana punya kenangan
tersendiri, tempat disini enak untuk kontemplasi dan renungang, karena sangat
sepinya, jarang penduduk, ketika saya telp an wa sama keluarga, istri sempet
kaget, ketika saya perlihatkan kondisi di Dasan, “ itu di Korea??!!, seakan
tidak percaya, karena sangat kampung sekali, tidak seperti yang di beritakan.
Tetapi disana
jamaahnya sangat menyenangkan , saudara saudara kita sebagai pejuang Devisa dan
Pejuang keluarga, yang rela meninggalkan anak dan istrinya demi menafkahi
keluarganya, subhanallah, mereka bertahun tahun tidak pulang, bahkan ada yang
sudah 15 tahun tidak pulang, disini saya merasa sedih, mereka berjuang demi
keluarga, bukan hanya meninggalkan kampung halaman dan negerinya, mereka juga
bertaruh nyawa, dalam kerja (karena pada saat saya disana, ada yang
meninggalkan karena kecelakaan kerja) masya Alloh!
Selama disana,
tidak hanya membimbing mereka, kadang curhatan mereka pun saya dengarkan, yang
lebih terkenang, disana biasa mancing di danau/sungai, tepat di belakang Masjid
(padahal di Indonesia saja saya sudah lama tidak mancing, )
Subhanallah,
saya yang tidak bisa mancing aja, ternyata bisa dapat ikan, karena saking
banyaknya ikan yang ada di sungai, info yang saya terima orang korea tidak suka
ikan tawar, jikapun mereka mancing, biasaya di lepasin lagi, hanya orang
indonesia yang jika mancing hasilnya di bawa pulang untuk dimakan,- bahkan kita
suka bakar ikan,hasil dari mancing di sungai. Sungguh pengalaman yang
menarik,.sampai kamis 16 Mei, sebenarnya sangat singkat disana, karena masih
perlu waktu lagi untuk membina disana. Akhirnya saya harus pindah ke Masjid
Agung Daegu di Kota Daegu
Masjid Agung Daegu
Bertempat di
tengah kota Daegu, berbeda jauh dengan masjid Al Muttaqin Dasan, yang sangat
sepi, di sini Masjid Agung, sangat ramai, karena di tengah kota, bahkan disisi
jalan raya, sungguh sangat ramai kendaraan, orang lalu lalang, tempat makan dan
sebaginya.
Sebagaimana
biasa, malam pertama sholat tarawih, sebelum kajian di mulai, di buka sambutan
oleh ketua DKM Masjid Agung Daegu, Ust. Riyan. Berbeda juga dengan masjid di
Dasan, disini walau ramai, tapi masjidnya sepi, yang sholat jamaah yaa yang
tinggal disitu aja, sekitar 5 – 10 orang, jika di waktu zuhur hanya bertiga itu
pun kadang ada jamaah orang Pakistan.
Dakwah disini
pun tidak jauh berbeda dengan yang sebelumnya, memang perlu motivasi dan arahan
buat saudara kita di tempat ini, karena relatif masih muda muda, justru saya
banyak belajar tentang kehidupan orang Korea, karena di tengah kota, jadi bisa
liat kebiasaan orang korea, tentang ke disiplinan dan saling menghormati.
Tentang kedisiplinan, dijalan raya, tidak ada kendaraan yang parkir
sembarangan, walaupun jalan raya padat kendaraan, tapi tidak terjadi kemacetan,
kalaupun berhenti , itupun karena lampu merah dan juga baik pengguna jalan raya mau pun pejalan kaki
saling menghormati.
Di masjid Agung
saya mukim dari jumat, 17 sampai 23 Mei, ini lah salah satu masjid, yang jadi
hak milik, karena statusnya sudah di beli, gedung berlantai 4, belum bisa di
gunakan secara maksimal. Kegiatannya pun belum semarak, hanya sebatas sholat
wajib berjamaah. (terakhir saya lihat di media sosial, masjid ini sudah mulai
semarak) alhamdulillah
Kampus Dong A University Busan
Selepas dari
Masjid Agung Daegu, saya langsung di jemput oleh Pak Dedi (Ketua PKPU Korsel)
untuk mengisi acara dikampus Dong A University, perjalanan dari Deugu ke Busan
cukup jauh, 2 jam perjalanan, kemudian menginap di rumah singgal yang disewa
oleh PKPU untuk menginap 2 malam saja.
Sabtu siang,
bada zuhur kami menuju Kampus, untuk mengisi talkshaw “Tips Sukses Hidup di
Korea dengan Ilmu dan Amal bersama Dr. Aldias Mahatmaka (succes story dalam
belajar, karena dapat menyelesaikan kuliahnya sampai S3,) dan CEO Bakso Bejo (
bakso yang terkenal di korea, klo mau di bilang legendaris, ) saya sendiri
Rinaldi Safiq (da`i PKPU).
Sesampainya
dikampus bersamaan masuk waktu sholat ashar, saya pikir kita akan cari masjid
(yang pasti susah cari masjid) atau kita sholat di suatu ruangan, tapi ternyata
di kampus itu disediakan musholla, -subhanallah-kampus Korea, yang tidak kenal
agama, ternyata menyediakan musholla, meskipun tidak besar, tapi lumayan bagus,
bahkan sediakan kurma dan minuman untuk ta`jil.
Acara di mulai
pukul 17.30 diawali oleh pak Dias dan Bakso bejo, selanjutnya saya. Pak Dias bercerita tentang beliau yang
belajar di korea sampai selesai S3, sedangkan bakso Bejo bercerita ketika
beliau mengawali usaha buka Bakso, dan bukan cerita,- karena memang tidak ada
cerita sukses di korea- saya hanya taushiah tentang Kesuksesan.
Di akhiri dengan
buka puasa bersama, kemudian kembali ke penginapan, dan ternyata sudah menunggu
beberapa mahasiswa untuk mabit (menginap ) di tempat itu,
Setelah sholat
tarawih dilanjutkan kajian keislaman hingga pukul oo.oo Keesokan harinya
setelah sahur, sholat subuh dan zikir , kajian di lanjutkan, berbicara tentang
Dakwah.
Bada Zuhur, kami
harus cek out dari penginapan menuju Masjid Al Fatih di Busan, untuk transit
karena akan menujun ke Ulsan masjid Baaburrahman, tapi ternata setibanya di
masjid Al Fatih , sedang acara Musabaqoh hifzhul qur`an, dan diminta untuk maju
kedepan bersama ustazd lainnya untuk menjadi nara sumber diskusi dengan jamaah.
Bada sholat
maghrib saya langsun menuju Masjid Baaburrahman Daerah Ulsan.
Masjid Baaburrahman Ulsan
Sesampainya di
masjid Baaburrahman, langsung sholat isya dan tarawih. Masjid yang terletak di
tengah kota, dengan menyewa Rukan (rumah kantor) lantai 2.ternyata jamaah di
masjid ini , dari jauh lokasi tingalnya, makanya mereka hanya ramai ketika hari
sabtu dan ahad saja, di masjid ini saya hanya sekitar 3 malam, kemudian pindah
lagi ke Masjid Al Khaliq Gemcheon.
Berita duka dari rumah
Diakhir akhir
saya di masjid Baaburrahman, saya dapat informasi dari istri saya, bahwan anak
saya yang bungsu Raina Alisha Syafiq (usia 7 bulan) sakit kejang kejang, masuk
Rumah sakit di ICU, bagai disambar petir, anak bungsu saya yang sedang lucu
lucu dan selalu saya rindui, sakit tidak sadarkan diri dan masuk ICU, tidak
bisa di bahasakan bagaimana gudahnya hati ini, mendengar berita ini, saya hanya
bisa menangis dan berdoa, agak ragu untuk melanjutkan perjalanan ini, karena
saya harus pergi lagi ke Daerah Gemcheon yang cukup jauh, di tempuh dengan
kereta cepat, selama hampir 2 jam. Pak Dedi sudah mengatakan siap siap jika ada
berita tidak mengenakkan, namun istri saya di Indonesia bilang, “abi ngga usah
pulang, Raina sudah ada yang menangani” walau belum sadarkan diri hingga lima
hari. Bismillah, saya berangkat menuju Gemcheon melanjutkan dakwah ini, walau
dengan hati berat
Masjid Al Khaliq Gemcheon
Perjalana di
tempuh dalam dua jam setelah buka puasa, menuju Gemcheon, baru kali ini,
merasakan naik kereta cepat Korea Selatan, subhanallah, cepat sekali, setibanya
disana, kami di jemput di stasiun, tepat pukul 21.00 kemudian menuju Masjid Al
Khaliq, sesampai disana para jamaah baru selesai melaksanakan sholat Isya dan
tarawih. Setelah kami melaksanakan sholat isya dan tarawih, ooh iya saat ini
saya di temani oleh Pak Tauhid dari PKPU, selama di Gemcheon. Lalu langsung
mengisi kajian bada tarawih dan alhamdulillah jamaahnya banyak dan ada diantara
mereka, jamaah saudara kita dari Mesir, yang saya hafal namanya Karim. Dan
beliauun ikut kajian yang saya sampaikan, beliau senang dengan kajian saya ,
karena saya menyampaikannya juga dengan bahasa Arab, dan sautu kesempatan saya
minta beliau juga untuk mengisi taushiah, lalu saya terjemahkan.
Subhanallah,
jamaah di masjid ini semangatnya luar biasa, hati yang tadinya gundah karena
berita tentang anak saya, sedikit terobat, karena semangat jamaah disini, walau
istri saya terus up date tentang berita tentang Raina.
Masjid Uwais Al Qorni Yangsan
Setelah hanya 3
malam di Gemcheon, saya harus pindah lagi ke Masjid Uwais Al Qorni Yangsan
dengan menggunakan kereta cepat sekitar 2 jam.
Setibanya di
Yangsan, sekitar pukul 15.30 menjelang waktu Ashar, saya di sambut oleh
beberapa pengurus Masjid, Masjidnya di besment di bawah toko. Ketika saya
memasuki masjid, terasa seperti tempat tinggal, karena di situ ada beberapa
ruang, ruang sekretariat, kamar ustazd dapur, kamar mandi dan ruang tidur yang
di hijab pembatas warna hijau.
Sebagaimana
biasa, saya mengisi jadwal tarawih, kajian dan kultum subuh. Karena tinggal dua
hari lagi Idul fitri, jadi salah kajian tarawihnya saya isi dengan muhasabah
akhir Ramadhan. Dan alhamdulillah saya berkesempatan jadi khatib Idul Fitri di
masjid tersebut.
Ada rasa haru,
sedih ketika berlebaran di Korea, yang jelas teringat keluarga apalagi anak
saya yang belum keluar dari rumah sakit, baru pertama merayakan idul fitri
diluar negeri , bisa di bayangkan mereka mereka saudara saudara kita yang tidak
pulang bertahun tahun untuk bekerja di korea, drtiap tahunnya mereka berlebaran
tidak bersama keluarga. Tapi alhamdulillah kekeluargaan diantara mereka sungguh
luar biasa, mereka sudah seperti saudara sendiri, menjadi hiburan tersendiri,
tatkala mereka berlebaran tanpa keluarga sanak famili
Setelah
melaksanakan sholat idul fitri, diadakan makan bersama, persis suasananya
seperti lebaran di Indonesia, hanya saja merka punya waktu hanya sampai zuhur,
karena kerja mereka tidak libur, mereka hanya izin stengah hari.
Sore harinya di hari raya, saya di
antarkan oleh pengurus menuju kota Busan untuk berkumpul dengan para asatizd
lainnya, untuk periapan pulang ke tanah air.
Subhanallah sungguh perjalanan
dakwah yang sangat luar biasa, pengalaman yang takkan terlupakan, dakwah di
Negeri gingseng , walau yang kita hadapi saudara kita sendiri para tenaga kerja
Indonesia. Mereka butuh bimbingan dan arahan dari para asatizd/para Da`I .
Semoga perjalanan ini membawa
manfaat berkah bagi semua. Aamiin
Tangerang Selatan, 5 Agustus 2019
Rinaldi Safiq
Tidak ada komentar:
Posting Komentar