Senin, 05 Agustus 2019

CERITA DAKWAH DI KOREA SELATAN


DAKWAH KE NEGERI GINGSENG
Sepulang saya dari ibadah umrah, tiba tiba ada informasi, saya dapet tugas Dakwa ke Korea Selatan, “Subhanallah wal hamdulillah”, itu kalimat yang terucap olehku, serasa lelah belum hilang, oleh oleh umrah pun belum habis, tiba tiba saya harus berangkat lagi ke Korea Selatan –subhanallah, serasa do`a ini depan multazam belum hilang, kerena yang di panjatkan ke Alloh, depan multazam adalah “YA Alloh beri saya kesemptan untuk dapat berdakwah keluar Neger” (tanpa menyebut nama negaranya), subhanallah.
Singkat cerita, saya berangkat tepat pada hari ke 3 Ramadhan bersamaan kamis  9 Mei 2019 bersama Ust. Agus Wahid dan Ust. Zaedi. Take off pukul 18.30 (bersamaan pas buka puasa, ini ada cerita tersendiri karena hampir tertinggal pesawat)
Tiba di Bandara Buzan, sekitar pukul 06 pagi waktu Korea, di sambut oleh Ketua PKPU Korea Selatan, Pak Dedi Alhamdulillah...langsung di antarkan ke Lokasi Masjid Al Muttaqin Dasan Daegu , eh sebelumnya saya tranist dulu di Masjid At Taubah Guji. (sholat jumat di Masjid At Taubah)
Masjid Al Muttaqin Dasan Daegu
Tiba saya di Masjid AL Muttaqin Dasan, sekitar pukul 14.00 (waktu setempat), tidak habis habisnya mulut ini memuji Alloh, tiba di Korea Selatan di sebuah tempat yang jauh dari keramaian, di sebuah desa di Koreas selatan, di luar ekspetasi saya dan gambaran saya tentang Korea,- sebuah Negara maju, yang serba canggih dan modern, asumsi saya di korea Selatan kita akan menemukan bangunan megah dan modern- tapi ternyata saya mendatangi sebuah tempat di Desa Dasan, di sebuah tempat eks Hotel yang kemudian di Sewa oleh teman teman muslim, ruangan bekas gudang dan restoran.
Bertempat di sebuah desa Dasan Daegu, yang jauh dari perkotaan, sangat sunyi, saking sunyinya, jika di pagi hari telinga seperti mendengung, letakknya di pingir danau/ atau sungai dan juga di pinngir hutan, kalaupun di di sisi jalan Raya, tapi jalannya sangat sepi, jarang kendaraan lewat, saat itu sedang musim semi, perpindahan dari musi m dingin ke musim panas, tapi jika malam dan pagi, masih sangat dingin. Suatu tempat, yang tidak pernah saya dapati di Indonesia. Oh iya panjangnya waktu puasa di korea Selatan sekita 16 jam, sebuah tantangan tersendiri, karena biasanya kita di indonesia hanya sekitar 12 jam.
Diawali sholat tarawih kemudian kajian bada tarawih, sekitar pukul 22.30, karena baru sholat isya dan tarawih saja pukul 21.30, memang agak malam yaa....agak kaget juga sih, tetapi akhirnya terbiasa, di buka sambutan oleh ketua DKM ust Su`ud Saram, kajian pertama saya berbicara seputar tentang Ramadhan , karena memang masih awal Ramdhan. Alhamdulillah jumalh jamaahnya lumayan banyak, setiap sholat tarawih sekitar 30 – 50 orang, meski harus dijemput oleh DKM dari kost nya masing masing
Mukim di Masjid AL Muttaqin Dasan dari tanggal 10 sampai 16 Mei 2019, disana punya kenangan tersendiri, tempat disini enak untuk kontemplasi dan renungang, karena sangat sepinya, jarang penduduk, ketika saya telp an wa sama keluarga, istri sempet kaget, ketika saya perlihatkan kondisi di Dasan, “ itu di Korea??!!, seakan tidak percaya, karena sangat kampung sekali, tidak seperti yang di beritakan.
Tetapi disana jamaahnya sangat menyenangkan , saudara saudara kita sebagai pejuang Devisa dan Pejuang keluarga, yang rela meninggalkan anak dan istrinya demi menafkahi keluarganya, subhanallah, mereka bertahun tahun tidak pulang, bahkan ada yang sudah 15 tahun tidak pulang, disini saya merasa sedih, mereka berjuang demi keluarga, bukan hanya meninggalkan kampung halaman dan negerinya, mereka juga bertaruh nyawa, dalam kerja (karena pada saat saya disana, ada yang meninggalkan karena kecelakaan kerja) masya Alloh!
Selama disana, tidak hanya membimbing mereka, kadang curhatan mereka pun saya dengarkan, yang lebih terkenang, disana biasa mancing di danau/sungai, tepat di belakang Masjid (padahal di Indonesia saja saya sudah lama tidak mancing, )
Subhanallah, saya yang tidak bisa mancing aja, ternyata bisa dapat ikan, karena saking banyaknya ikan yang ada di sungai, info yang saya terima orang korea tidak suka ikan tawar, jikapun mereka mancing, biasaya di lepasin lagi, hanya orang indonesia yang jika mancing hasilnya di bawa pulang untuk dimakan,- bahkan kita suka bakar ikan,hasil dari mancing di sungai. Sungguh pengalaman yang menarik,.sampai kamis 16 Mei, sebenarnya sangat singkat disana, karena masih perlu waktu lagi untuk membina disana. Akhirnya saya harus pindah ke Masjid Agung Daegu di Kota Daegu
Masjid Agung Daegu
Bertempat di tengah kota Daegu, berbeda jauh dengan masjid Al Muttaqin Dasan, yang sangat sepi, di sini Masjid Agung, sangat ramai, karena di tengah kota, bahkan disisi jalan raya, sungguh sangat ramai kendaraan, orang lalu lalang, tempat makan dan sebaginya.
Sebagaimana biasa, malam pertama sholat tarawih, sebelum kajian di mulai, di buka sambutan oleh ketua DKM Masjid Agung Daegu, Ust. Riyan. Berbeda juga dengan masjid di Dasan, disini walau ramai, tapi masjidnya sepi, yang sholat jamaah yaa yang tinggal disitu aja, sekitar 5 – 10 orang, jika di waktu zuhur hanya bertiga itu pun kadang ada jamaah orang Pakistan.
Dakwah disini pun tidak jauh berbeda dengan yang sebelumnya, memang perlu motivasi dan arahan buat saudara kita di tempat ini, karena relatif masih muda muda, justru saya banyak belajar tentang kehidupan orang Korea, karena di tengah kota, jadi bisa liat kebiasaan orang korea, tentang ke disiplinan dan saling menghormati. Tentang kedisiplinan, dijalan raya, tidak ada kendaraan yang parkir sembarangan, walaupun jalan raya padat kendaraan, tapi tidak terjadi kemacetan, kalaupun berhenti , itupun karena lampu merah dan juga  baik pengguna jalan raya mau pun pejalan kaki saling menghormati.
Di masjid Agung saya mukim dari jumat, 17 sampai 23 Mei, ini lah salah satu masjid, yang jadi hak milik, karena statusnya sudah di beli, gedung berlantai 4, belum bisa di gunakan secara maksimal. Kegiatannya pun belum semarak, hanya sebatas sholat wajib berjamaah. (terakhir saya lihat di media sosial, masjid ini sudah mulai semarak) alhamdulillah
Kampus Dong A University Busan
Selepas dari Masjid Agung Daegu, saya langsung di jemput oleh Pak Dedi (Ketua PKPU Korsel) untuk mengisi acara dikampus Dong A University, perjalanan dari Deugu ke Busan cukup jauh, 2 jam perjalanan, kemudian menginap di rumah singgal yang disewa oleh PKPU untuk menginap 2 malam saja.
Sabtu siang, bada zuhur kami menuju Kampus, untuk mengisi talkshaw “Tips Sukses Hidup di Korea dengan Ilmu dan Amal bersama Dr. Aldias Mahatmaka (succes story dalam belajar, karena dapat menyelesaikan kuliahnya sampai S3,) dan CEO Bakso Bejo ( bakso yang terkenal di korea, klo mau di bilang legendaris, ) saya sendiri Rinaldi Safiq (da`i PKPU).
Sesampainya dikampus bersamaan masuk waktu sholat ashar, saya pikir kita akan cari masjid (yang pasti susah cari masjid) atau kita sholat di suatu ruangan, tapi ternyata di kampus itu disediakan musholla, -subhanallah-kampus Korea, yang tidak kenal agama, ternyata menyediakan musholla, meskipun tidak besar, tapi lumayan bagus, bahkan sediakan kurma dan minuman untuk ta`jil.
Acara di mulai pukul 17.30 diawali oleh pak Dias dan Bakso bejo, selanjutnya  saya. Pak Dias bercerita tentang beliau yang belajar di korea sampai selesai S3, sedangkan bakso Bejo bercerita ketika beliau mengawali usaha buka Bakso, dan bukan cerita,- karena memang tidak ada cerita sukses di korea- saya hanya taushiah tentang Kesuksesan.
Di akhiri dengan buka puasa bersama, kemudian kembali ke penginapan, dan ternyata sudah menunggu beberapa mahasiswa untuk mabit (menginap ) di tempat itu,
Setelah sholat tarawih dilanjutkan kajian keislaman hingga pukul oo.oo Keesokan harinya setelah sahur, sholat subuh dan zikir , kajian di lanjutkan, berbicara tentang Dakwah.
Bada Zuhur, kami harus cek out dari penginapan menuju Masjid Al Fatih di Busan, untuk transit karena akan menujun ke Ulsan masjid Baaburrahman, tapi ternata setibanya di masjid Al Fatih , sedang acara Musabaqoh hifzhul qur`an, dan diminta untuk maju kedepan bersama ustazd lainnya untuk menjadi nara sumber diskusi dengan jamaah.
Bada sholat maghrib saya langsun menuju Masjid Baaburrahman Daerah Ulsan.
Masjid Baaburrahman Ulsan
Sesampainya di masjid Baaburrahman, langsung sholat isya dan tarawih. Masjid yang terletak di tengah kota, dengan menyewa Rukan (rumah kantor) lantai 2.ternyata jamaah di masjid ini , dari jauh lokasi tingalnya, makanya mereka hanya ramai ketika hari sabtu dan ahad saja, di masjid ini saya hanya sekitar 3 malam, kemudian pindah lagi ke Masjid Al Khaliq Gemcheon.
Berita duka dari rumah
Diakhir akhir saya di masjid Baaburrahman, saya dapat informasi dari istri saya, bahwan anak saya yang bungsu Raina Alisha Syafiq (usia 7 bulan) sakit kejang kejang, masuk Rumah sakit di ICU, bagai disambar petir, anak bungsu saya yang sedang lucu lucu dan selalu saya rindui, sakit tidak sadarkan diri dan masuk ICU, tidak bisa di bahasakan bagaimana gudahnya hati ini, mendengar berita ini, saya hanya bisa menangis dan berdoa, agak ragu untuk melanjutkan perjalanan ini, karena saya harus pergi lagi ke Daerah Gemcheon yang cukup jauh, di tempuh dengan kereta cepat, selama hampir 2 jam. Pak Dedi sudah mengatakan siap siap jika ada berita tidak mengenakkan, namun istri saya di Indonesia bilang, “abi ngga usah pulang, Raina sudah ada yang menangani” walau belum sadarkan diri hingga lima hari. Bismillah, saya berangkat menuju Gemcheon melanjutkan dakwah ini, walau dengan hati berat
Masjid Al Khaliq Gemcheon
Perjalana di tempuh dalam dua jam setelah buka puasa, menuju Gemcheon, baru kali ini, merasakan naik kereta cepat Korea Selatan, subhanallah, cepat sekali, setibanya disana, kami di jemput di stasiun, tepat pukul 21.00 kemudian menuju Masjid Al Khaliq, sesampai disana para jamaah baru selesai melaksanakan sholat Isya dan tarawih. Setelah kami melaksanakan sholat isya dan tarawih, ooh iya saat ini saya di temani oleh Pak Tauhid dari PKPU, selama di Gemcheon. Lalu langsung mengisi kajian bada tarawih dan alhamdulillah jamaahnya banyak dan ada diantara mereka, jamaah saudara kita dari Mesir, yang saya hafal namanya Karim. Dan beliauun ikut kajian yang saya sampaikan, beliau senang dengan kajian saya , karena saya menyampaikannya juga dengan bahasa Arab, dan sautu kesempatan saya minta beliau juga untuk mengisi taushiah, lalu saya terjemahkan.
Subhanallah, jamaah di masjid ini semangatnya luar biasa, hati yang tadinya gundah karena berita tentang anak saya, sedikit terobat, karena semangat jamaah disini, walau istri saya terus up date tentang berita tentang Raina.
Masjid Uwais Al Qorni Yangsan
Setelah hanya 3 malam di Gemcheon, saya harus pindah lagi ke Masjid Uwais Al Qorni Yangsan dengan menggunakan kereta cepat sekitar 2 jam.
Setibanya di Yangsan, sekitar pukul 15.30 menjelang waktu Ashar, saya di sambut oleh beberapa pengurus Masjid, Masjidnya di besment di bawah toko. Ketika saya memasuki masjid, terasa seperti tempat tinggal, karena di situ ada beberapa ruang, ruang sekretariat, kamar ustazd dapur, kamar mandi dan ruang tidur yang di hijab pembatas warna hijau.
Sebagaimana biasa, saya mengisi jadwal tarawih, kajian dan kultum subuh. Karena tinggal dua hari lagi Idul fitri, jadi salah kajian tarawihnya saya isi dengan muhasabah akhir Ramadhan. Dan alhamdulillah saya berkesempatan jadi khatib Idul Fitri di masjid tersebut.
Ada rasa haru, sedih ketika berlebaran di Korea, yang jelas teringat keluarga apalagi anak saya yang belum keluar dari rumah sakit, baru pertama merayakan idul fitri diluar negeri , bisa di bayangkan mereka mereka saudara saudara kita yang tidak pulang bertahun tahun untuk bekerja di korea, drtiap tahunnya mereka berlebaran tidak bersama keluarga. Tapi alhamdulillah kekeluargaan diantara mereka sungguh luar biasa, mereka sudah seperti saudara sendiri, menjadi hiburan tersendiri, tatkala mereka berlebaran tanpa keluarga sanak famili
Setelah melaksanakan sholat idul fitri, diadakan makan bersama, persis suasananya seperti lebaran di Indonesia, hanya saja merka punya waktu hanya sampai zuhur, karena kerja mereka tidak libur, mereka hanya izin stengah hari.
Sore harinya di hari raya, saya di antarkan oleh pengurus menuju kota Busan untuk berkumpul dengan para asatizd lainnya, untuk periapan pulang ke tanah air.
Subhanallah sungguh perjalanan dakwah yang sangat luar biasa, pengalaman yang takkan terlupakan, dakwah di Negeri gingseng , walau yang kita hadapi saudara kita sendiri para tenaga kerja Indonesia. Mereka butuh bimbingan dan arahan dari para asatizd/para Da`I .
Semoga perjalanan ini membawa manfaat berkah bagi semua. Aamiin
Tangerang Selatan, 5 Agustus 2019

Rinaldi Safiq

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

OPTIMISME HAJI UMRAH DI TENGAH BADAI COVID 19

OPTIMISME HAJI UMRAH DI TENGAH BADAI COVID 19 PANDEMI   Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) telah memengaruhi seluruh tatanan kehidupa...